Berbagai Ilmu Pembelajaran dalam PBM
Bagaimana Cara Menulis Abstrak Laporan PTK ?
Abstrak dan Cara Penulisannya
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, abstrak bermakna : ringkasan inti,
ikhtisar, inti (skripsi, laporan, dsb.). Sedangkan menurut Tesaurus
Indonesia, abstrak mempunyai padanan kata : ijmal, ikhtisar, inti sari,
inti, kerangka, kesimpulan, pati, pokok, rangkuman, resume, ringkasan,
rumusan, sari, simpulan, atau sinopsis. Dengan demikian abstrak dapat
pula dimaknai sebagai suatu ringkasan yang lengkap yang menjelaskan
keseluruhan isi laporan ilmiah.
Fungsi Abstrak dalam Laporan PTK
Bagaimana cara menulis abstrak ptk? |
- Menyajikan informasi singkat tentang ptk yang telah anda dilakukan.
- Memberikan kesan pertama setelah pembaca membaca judul (halaman judul) laporan ptk anda.
- Memudahkan pembaca yang sedang mencari informasi tentang sebuah penelitian tindakan kelas, yaitu dengan membaca abstrak mereka hanya membutuhkan waktu yang singkat.
Karaketeristik Abstrak Laporan PTK
Ringkas
Sebuah abstrak ptk harusnya ringkas. Tidak bertele-tele, dan hanya
memuat bagian-bagian esensial dari laporan ptk yang anda buat. Karena
itu salah satu tata cara penulisan abstrak ptk yang harus dipatuhi
adalah jumlah kata pada sebuah abstrak, maksimal 250 kata saja.
Jelas
Seharusnya, dengan membaca abstrak laporan ptk anda pembaca sudah dapat
mempunyai gambaran umum yang menyeluruh tentang penelitian tindakan
kelas yang anda laporkan. Bila seorang pembaca yang selesai membaca
abstrak sebuah laporan ptk masih belum punya gambaran tentang ptk yang
anda lakukan, berarti abstrak yang anda tulis masih kurang jelas.
Berdiri Sendiri
Pada bagian abstrak yang anda tulis, tidak diperkenankan untuk menulis
kalimat seperti: Lihat Lampiran 16, atau seperti ditunjukkan pada
halaman 57, dan sejenisnya. Ini menunjukkan bahwa abstrak ptk yang anda
tulis tidak berdiri sendiri. Sebuah abstrak seharusnya dapat dibaca
dengan tanpa perlu membaca bagian-bagian lainnya darilaporan ptk anda.
Ia adalah sebuah bagian mandiri yang merupakan ringkasan laporan ptk
anda.
Objektif
Abstrak ptk yang anda tulis harus objektif. Ia adalah bagian penting
dari sebuah karya tulis ilmiah. Sebagaimana Laporan aslinya, abstrak ptk
juga harus ditulis objektif tanpa tujuan tertentu sehingga membuat
pembaca mempunyai persepsi keliru tentang hasil penelitian tindakan
kelas yang anda lakukan. Abstrak ptk anda harus ditulis sesuai fakta
yang anda lakukan dan anda peroleh selama atau setelah melakukan
penelitian tindakan kelas, dan bukan menuliskan asumsi atau pendapat
pribadi anda tanpa ada dasar yang tepat.
Bagian-Bagian Abstrak PTK
- Judu llaporan penelitian tindakan kelas (ptk).
- Nama peneliti (penulis), ditulis tanpa gelar akademis ataupun gelar non akademis.
- Tahun penelitian dan jumlah halaman laporan keseluruhan.
- Identitas singkat (seperti NIP, jabatan, dan asal instansi)
- Isi abstrak yang mencakup: (1) tujuan ptk; (2) metode penelitian; (3) hasil penelitian; (4) simpulan.
- Kata kunci (maksimal terdiri dari 5 kata kunci atau frase kunci yang diurutkan secara alfabetis)
Tata Cara Penulisan Abstrak PTK
Jumlah kata
Hitung secara otomatis dengan menggunakan fasilitas Word Count pada aplikasi Microsoft Word pada menu Review > Word Count.
Abstrak hanya memuat maksimal 250 kata. Bila jumlah kata ternyata
berlebih, edit dengan cara membuang kata-kata tertentu yang dapat
dihilangkan, tetapi tidak mengurangi esensi dan makna kalimat dalam
abstrak PTK yang anda buat.
Jarak spasi dan ukuran font
Abstrak selalu ditulis dalam jarak pengetikan 1 spasi. Bila anda
menjumpai contoh abstrak dengan jarak lebih dari 1 spasi, itu adalah
contoh yang salah. Jangan ditiru!
Gunakan huruf standar sebagaimana isi laporan ptk (misalnya Times New Roman dengan ukuran font 12 pt, atau Calibri ukuran 11 pt).
Gunakan huruf standar sebagaimana isi laporan ptk (misalnya Times New Roman dengan ukuran font 12 pt, atau Calibri ukuran 11 pt).
Berbentuk 1 paragraf yang rata kanan dan kiri (justify)
Pada beberapa institusi tertentu, abstrak laporan ptk acapkali diminta
dalam bentuk 1 paragraf utuh. Jika tidak disertakan petunjuk bagaimana
format abstrak ptk untuk laporan anda, tulislah dengan sebuah paragraf
saja. Perhatikan pula, bahwa paragraf abstrak anda harus rata baik pada
bagian kiri maupun bagian kanan (justify).
Ditulis sebelum Kata Pengantar, persis setelah Halaman Judul.
Letakkan abstrak ptk anda, yang mestinya hanya terdiri dari satu halaman
tepat setelah Halaman Judul, sebelum Kata Pengantar. Jangan
meletakkannya pada urutan yang salah. Abstrak ptk diletakkan demikian
supaya pembaca laporan ptk anda segera menemukannya dengan mudah setelah
membaca judul penelitian tindakan kelas anda pada halaman sampul.
Contoh Abstrak PTK
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN UNTUK SISWA KELAS VIIIB SMPN NEGERI 4 AMUNTAI MELALUI STRATEGI MEMORY CYCLE
(Tahun 2011, 239 halaman)
Suhadi
Guru IPA SMP Negeri 4 Amuntai
Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas secara umum bertujuan penelitian adalah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran untuk peserta didik Kelas VIIIB SMPN 4
Amuntai. Secara khusus bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan aktivitas
peserta didik; (2) Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran oleh guru;
dan (3) Mengetahui hasil belajar peserta didik yang mengacu pada
strategi memory cycle pada Kelas VIIIB SMPN 4 Amuntai semester ganjil
tahun pelajaran 2011/2012 untuk materi Bahan Kimia dalam Kehidupan
Sehar-hari. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, di mana
masing-masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Siklus I terdiri dari dua pertemuan (dua kali
tatap muka), demikian pula halnya dengan Siklus II. Data aktivitas
peserta didik digali dengan Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik,
data Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru digali dengan Lembar Pengamatan
Pengelolaan Pembelajaran, sedangkan data hasil belajar peserta didik
digali dengan Tes Hasil Belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Aktivitas peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai tahun
pembelajaran 2011/2012 pada pembelajaran yang mengacu kepada strategi
memory cycle pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari di
siklus I maupun siklus 2 penelitian tindakan kelas ini berada pada
kategori BAIK; (2) Pengelolaan pembelajaran oleh guru di kelas VIIIB SMP
Negeri 4 Amuntai yang tahun pembelajaran 2011/2012 yang telah dilakukan
guru pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari dengan
strategi memory cycle di siklus 1 maupun siklus 2 penelitian tindakan
kelas ini juga berada pada kategori BAIK; dan (3) Hasil belajar peserta
didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai tahun pembelajaran 2011/2012 pada
materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari mengalami peningkatan
dibanding tahun pelajaran 2010/2011 setelah menggunakan strategi memory
cycle.
Kata Kunci : bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari, kualitas pembelajaran, penelitian tindakan kelas, strategi memory cycle
|
Catatan: Sebenarnya tata cara penulisan di atas juga dapat diberlakukan untuk abstrak skripsi,tesis, atau jurnal penelitian lainnya.
Prinsip-Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
Berikut ini beberapa prinsip yang harus diperhatikan saat guru memilih media untuk pembelajaran yang akan dilaksanakannya:
Efektivitas Media Pembelajaran
Prinsip utama pemilihan media pembelajaran adalah efektivitas media
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran serta efektivitasnya
dalam membantu siswa memahami materi pembelajaran yang akan disajikan.
Guru harus menimbang-nimbang apakah suatu media pembelajaran yang akan
digunakan lebih efektif bila dibandingkan dengan media yang lain.
Misalnya, pada pembelajaran IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan, siswa perlu memahami posisi matahari, bumi, dan bulan saat melalukan peredaran. Contoh media dalam pembelajaran pada materi ini yang tersedia di sekolah misalnya media pembelajaran berupa gambar dalam bentuk charta dan alat peraga 3 dimensi berupa model peredaran matahari, bumi dan bulan. Guru dalam hal ini memperhitungkan sejauh dan sedalam apa siswa akan belajar jika menggunakan media pembelajaran berupa gambar, dan sejauh serta sedalam apa siswa akan belajar bila media yang digunakan adalah model peredaran matahari, bumi dan bulan. Media dalam pembelajaran yang seharusnya dipilih dapat dilihat dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta materi pembelajaran yang diajarkan. Bila guru hanya menginginkan siswa mengetahui posisi matahari, bumi, dan bulan yang segaris, maka media pembelajaran berupa gambar mungkin akan lebih mudah dipahami siswa. Tetapi jika guru ingin siswa mengetahui proses terjadinya gerhana, maka model peredaran matahari, bumi dan bulan tentau lebih baik untuk digunakan.
Selain itu makna efektivitas juga berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan saat sebuah media pembelajaran dipilih untuk digunakan. Guru bisa mempertimbangkan, apakah biaya yang digunakan untuk menggunakan media pembelajaran tertentu sebanding dengan hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa.
Misalnya, pada pembelajaran IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan, siswa perlu memahami posisi matahari, bumi, dan bulan saat melalukan peredaran. Contoh media dalam pembelajaran pada materi ini yang tersedia di sekolah misalnya media pembelajaran berupa gambar dalam bentuk charta dan alat peraga 3 dimensi berupa model peredaran matahari, bumi dan bulan. Guru dalam hal ini memperhitungkan sejauh dan sedalam apa siswa akan belajar jika menggunakan media pembelajaran berupa gambar, dan sejauh serta sedalam apa siswa akan belajar bila media yang digunakan adalah model peredaran matahari, bumi dan bulan. Media dalam pembelajaran yang seharusnya dipilih dapat dilihat dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta materi pembelajaran yang diajarkan. Bila guru hanya menginginkan siswa mengetahui posisi matahari, bumi, dan bulan yang segaris, maka media pembelajaran berupa gambar mungkin akan lebih mudah dipahami siswa. Tetapi jika guru ingin siswa mengetahui proses terjadinya gerhana, maka model peredaran matahari, bumi dan bulan tentau lebih baik untuk digunakan.
Selain itu makna efektivitas juga berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan saat sebuah media pembelajaran dipilih untuk digunakan. Guru bisa mempertimbangkan, apakah biaya yang digunakan untuk menggunakan media pembelajaran tertentu sebanding dengan hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa.
Taraf Berpikir Siswa
Media pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan prinsip taraf berpikir
siswa. Benda-benda yang bersifat konkret lebih baik digunakan sebagai
media pembelajaran bila dibandingkan media yang lebih abstrak. Demikian
pula media pembelajaran yang kompleks dari segi struktur atau tampilan
akan lebih sulit dipahami dibanding media pembelajaran yang sederhana.
Contoh media pembelajaran di SD untuk struktur organ-organ dalam
tubuh manusia haruslah tidak serumit media pembelajaran untuk siswa SMP
dan SMA. Media pembelajaran yang sering digunakan untuk materi ini
misalnya torso (model 3 dimensi) atau gambar. Walaupun sama-sama
menggunakan gambar atau torso, tetapi tingkat kerumitan (kompleksitas)
gambar dan torso harus dibedakan. Media pembelajaran di SD tentunya
tidak boleh serinci media pembelajaran untuk siswa SMP dan SMA.
Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak disesuaikan dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin mudah memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan.
Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak disesuaikan dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin mudah memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan.
Interaktivitas Media Pembelajaran
Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam pemilihan media dalam
pembelajaran di kelas adalah interaktivitas. Seberapa besar kemungkinan
siswa dapat berinteraksi dengan media pembelajaran? Makin interaktif
media, makin bagus media pembelajaran itu karena lebih mendorong siswa
untukterlibat aktif dalam belajar.. Misalnya, saat mengajar materi
tentang operasi hitung bilangan bulat, contoh media dalam pembelajaran
di SD yang dapat digunakan adalah video tentang bagaimana cara melakukan
operasi hitung bilangan bulat atau guru dapat juga menggunakan media
pembelajaran multimedia interaktif pembelajaran mandiri tentang operasi
hitung bilangan bulat. Bila siswa diberikan tontonan video, tentunya
interaksi yang terjadi antara siswa dengan media pembelajaran hanya satu
arah saja: dari media ke siswa. Sedangkan bila menggunakan media
pembelajaran berbentuk multimedia interaktif yang dioperasikan pada
sebuah komputer, maka interaksi siswa dengan media tentu lebih tinggi.
Dalam hal ini, maka media yang paling cocok untuk dipilih adalah media
pembelajaran dalam bentuk multimedia interaktif.
Ketersediaan Media Pembelajaran
Guru boleh saja berangan-angan menggunakan media pembelajaran yang
sangat efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi
pelajaran, dan interaktivitasnya tinggi. Tetapi jika media yang
sedemikian tidak tersedia, tentu juga sia-sia. Media yang dipilih saat
merancang pembelajaran secara logis sudah tersedia di sekolah, atau
paling tidak bila tidak dimiliki masih dapat diperoleh dengan mudah,
misalnya dengan meminjam atau membuat sendiri. Jumlah media yang akan
digunakan juga harus diperhitungkan dengan jumlah siswa di kelas. Bila
media pembelajaran digunakan bukan secara klasikal, tetapi secara
berkelompok atau individual, maka jumlah media pembelajaran yang
tersedia harus mencukupi.
Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran
Penting sekali bagi guru untuk memperhatikan prinsip pemilihan media
yang satu ini: minat siswa.Sebuah media pembelajaran sangat berpengaruh
pada minat siswa. Ada media-media pembelajaran yang dapat membangkitkan
minat siswa jauh lebih baik bila dibanding menggunakan media
pembelajaran lain. Misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia contoh media pembelajaran di SD
yang digunakan untuk mengajarkan jenis-jenis kata (kata sifat, kata
benda dan kata kerja) guru dapat menggunakan kartu-kartu berukuran 10 x 8
cm. Kartu-kartu yang hanya memuat contoh kata yang harus diidentifikasi
siswa apakah merupakan kata kerja, kata benda, atau kata sifat tentu
kurang menarik bila dibandingkan dengan kartu-kartu serupa tetapi
memiliki variasi berupa ditambahkannya gambar-gambar kartun yang
familiar dengan siswa terkait kata yang ditulis pada kartu tersebut
dengan warna-warna yang semarak.
Kartu mana yang lebih menarik buat siswa? |
Kemampuan Guru Menggunakan Media Pembelajaran
Sebagus apapun media, misalnya media pembelajaran interaktif berbasis
komputer, tentu tidak akan efektif bila guru sendiri memiliki
keterbatasan dalam hal kemampuan menggunakannya. Media pembelajaran yang
dipilih harus dapat digunakan oleh guru dengan baik. Sebenarnya kendala
kemampuan guru dalam mengoperasikan suatu media pembelajaran dapat saja
diatasi apabila guru yang bersangkutan memiliki kemauan untuk belajar
menggunakan media pembelajaran tersebut.
Alokasi Waktu
Isu ketersediaan waktu dalam pembelajaran memang sangat krusial. Guru
selalu dikejar waktu untuk menyelesaikan tuntutan kurikulum. Oleh karena
itu, penggunaan media pembelajaran yang notabene efektif untuk mencapai
tujuan pembelajaran, mempunyai relevansi yang baik dengan materi
pelajaran, dan berbagai kelebihan lainpun kadang-kadang terpaksa harus
dikesampingkan bilamana alokasi waktu menjadi pertimbangan yang penting.
Akan tetapi ketersediaan waktu seringkali bisa disiasati dengan
berbagai cara berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh guru.
Fleksibelitas (kelenturan) Media Pembelajaran
Prinsip pemilihan media pembelajaran berikutnya adalah fleksibelitas.
Media pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk kegiatan belajar
mengajar di kelasnya seharusnya memiliki fleksibelitas yang baik. Media
pembelajaran itu dikatakan mempunyai fleksibelitas yang baik apabila
dapat digunakan dalam berbagai situasi. Kadangkala, saat proses
pembelajaran berlangsung terjadi perubahan situasi yang berakibat tidak
dapat digunakannya suatu media pembelajaran. Contoh media pembelajaran
yang menggunakan sumber energi untuk pengoperasiannya kadangkala justru
dapat menghambat kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung bila
aliran listrik mati.
Keamanan Penggunaan Media Pembelajaran
Bagi anak-anak SD atau TK, kadangkala guru harus hati-hati memilih media
pembelajaran. Ada media pembelajaran yang kalau tidak hati-hati dalam
penggunaannya dapat mengakibatkan kecelakaan atau siswa terluka. Media
pembelajaran yang dipilih haruslah media pembelajaran yang aman bagi
mereka sehingga hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung tidak terjadi.Contoh media pembelajaran di SD yang
kurang aman misalnya penggunaan alat-alat yang mudah terbakar, tajam
(mudah melukai) atau panas, atau bahan-bahan kimia bersifat korosif.
Kualitas Teknis Media Pembelajaran
Media pembelajaran, seringkali harus dirawat dengan dengan baik.
Perawatan media pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas teknis media.
Kualitas teknis media pembelajaran juga dapat ditentukan oleh kualitas
produksi media oleh suatu produsen. Jika di sekolah tersedia media
pembelajaran yang sejenis tetapi diproduksi oleh beberapa produsen, maka
sebaiknya guru memilih yang sekiranya memiliki kualitas teknis terbaik,
misal dari segi keterbacaan tulisan atau gambar, komposisi warna,
ketelitian alat, dan sebagainya.
Demikian tulisan tentang prinsip-prinsip memilih media dalam pembelajaran, semoga dapat bermanfaat untuk anda.
Media Gambar untuk Pembelajaran
Gambar termasuk media pembelajaran berbasis visual. Telah diketahui bahwa media berbasis visual seperti gambar dapat memudahkan pemahaman terhadap suatu materi pelajaran yang rumit atau kompleks. Media gambar dapat menyuguhkan elaborasi yang menarik tentang struktur atau organisasi suatu hal, sehingga juga memperkuat ingatan. Media gambar dapat menumbuhkan minat siswa dan memperjelas hubungan antara isi materi pembelajaran dengan dunia nyata. Untuk memperoleh kemanfaatan yang sebesar-besarnya dalam penggunaan media gambar dalam pembelajaran ini, maka ia haruslah dirancang dengan sebaik-baiknya.Jenis-Jenis Media Gambar dalam Pembelajaran
Media pembelajaran gambar dapat disajikan dalam bentuk : (1) Poster; (2)
Kartun; (3) Komik; (4) Gambar Fotografi; (5) Slide; (6) Bagan;dan (7)
Diagram.
Poster
Poster adalah media pembelajaran berbentuk ilustrasi gambar yang
disederhanakan, dibuat dengan ukuran besar, bertujuan menarik perhatian,
dan isi atau kandungannya berupa bujukan, memotivasi, atau mengingatkan
suatu gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu. Gagasan tadi
disampaikan dengan kata-kata singkat namun padat dan jelas.
Contoh Poster (sumber: ilmugrafis.com) |
Kartun
Kartun merupakan sebuah media unik untuk mengemukakan gagasan. Kartun
dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena dapat dipakai untuk
memotivasi siswa dan memberikan ilustrasi secara komunikatif.Kartun
dibuat dalam bentuk lukisan atau karikatur.
Contoh kartun |
Komik
Komik adalah media pembelajaran berbentuk gambar selain kartun yang juga
bersifat unik.Bedanya, pada komik terdapat karakter yang memerankan
suatu cerita dalam urutan (rangkaian seri).Komik memiliki keunggulan
tersendiri sebagai media pembelajaran dalam bentuk gambar, karena komik
sangat akrab dengan keseharian siswa.
Contoh komik |
Gambar Fotografi
Gambar fotografi merupakan media pembelajaran yang sangat mudah dibuat
pada era digital sekarang ini. Berbagai macam gadget yang ada di sekitar
kita biasanya dilengkapi dengan fitur kamera yang memungkinkan kita
membuat gambar fotografi.Gambar fotografi karena langsung berisi foto
nyata objek atau situasi atau peristiwa, maka ia merupakan media
pembelajaran gambar yang sangat realistik (konkret).
Contoh gambar fotografi |
Bagan
Bagan adalah kombinasi media grafis dan foto yang dirancang untuk
memvisualisasikan suatu fakta pokok atau gagasan dengan cara yang logis
dan teratur.Fungsi utama bagan sebagai media gambar adalah untuk
memperlihatkan hubungan, perbandingan, jumlah relatif, perkembangan,
proses, klasifikasi, dan organisasi.
Perhatikan contoh media gambar berbentuk bagan berikut:
Perhatikan contoh media gambar berbentuk bagan berikut:
Contoh bagan |
Diagram
Diagram adalah gambar yang digunakan untuk
media pembelajaran dalam bentuk gambaran sederhana yang dibuat dengan
tujuan memperlihatkan bagian-bagian, atau hubungan timbal balik,
biasanya dengan menggunakan garus-garis dan keterangan bagian atau
hubungan yang ingin ditunjukkan.
Gambar diagram |
Grafik
Grafik adalah media gambar untuk tujuan penyajian data berupa
angka-angka. Grafik memberikan informasi inti suatu data, berupa
hubungan antar bagian-bagian data. Adabermacam-macam bentuk media gambar
grafik yang dapat disajikan sebagai media pembelajaran kepada siswa,
misalnya grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik
bergambar. Setiap jenis grafik mempunyai kekhususan dalam hal jenis data
yang ditampilkan.
Contoh grafik |
Pengertian Evaluasi (Penilaian), Pengukuran, Tes,dan Asesmen
Kali ini blog ptk (penelitian tindakan kelas) dan model-model pembelajaran
kembali mengangkat topik penilaian,setelah sebelum menulis tentang
Prinsip-Prinsip Penilaian, kemudian tentang Penilaian Afektif, dan juga
Penilaian Psikomotor. Topik kali ini bersifat mendasar sekali, yaitu
tentang pengertian evaluasi, pengertia penilaian, pengertian pengukuran,
pengertian tes, dan pengertian asesmen. Topik ini tampaknya sangat
menarik dan perlu untuk dibahas karena begitu simpang siurnya definisi
istilah-istilah tersebut di internet. Setelah melakukan kajian terhadap
berbagai definisi tentang evaluasi, penilaian, tes, pengukuran, hingga
asesmen, maka dapatlah dibuat artikel ini yang tujuannya untuk
mendudukkan kembali semua istilah itu pada tempatnya yang tepat. Pada
tulisan ini kami hanya mengambil definisi-definisi dari para ahli yang
telah diakui kredibilitasnya di bidang pendidikan dan psikologi
pendidikan.
Pengertian Evaluasi (Penilaian) Menurut Para Ahli
- Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
- Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives. (Artinya: Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional).
- Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
- Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Kesimpulan Tentang Pengertian Evaluasi:
- Evaluasi berasal dari akar kata bahasa Inggris value yang berarti nilai, jadi istilah evaluasi sinonim dengan penilaian.
- Evaluasi merupakan proses sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, hingga interpretasi (menafsirkan) data atau informasi yang diperoleh.
- Data atau informasi diperoleh melalui pengukuran (measurement) hasil belajar.melalui tes atau nontes.
- Evaluasi bersifat kualitatif.
Pengertian Pengukuran (Measurement) Menurut Para Ahli
- Alwasilah et al.(1996), measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performa siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performa siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka
- Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
- Cangelosi, James S. (1995), pengukuran adalah proses pengumpulan data secara empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.
- Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu prose yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku.
Kesimpulan Tentang Pengertian Pengukuran:
- Kegiatan pengukuran dilakukan dengan membandingkan hasil belajar dengan suatu ukuran tertentu.
- Dilakukan dengan proses sistematis.
- Hasil pengukuran berupa besaran kuantitatif (sistem angka).
- Pengukuran menggunakan alat ukur yang baku.
Pengertian Asesmen Menurut Para Ahli
- Angelo T.A.(1991): Classroom Assessment is a simple method faculty can use to collect feedback, early and often, on how well their students are learning what they are being taught. (Artinya: asesmen Kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat digunakan untuk mengumpulkan umpan balik, baik di awal maupun setelah pembelajaran tentang seberapa baik siswa mempelajari apa yang telah diajarkan kepada mereka.)
- Kizlik, Bob (2009): Assessment is a process by which information is obtained relative to some known objective or goal. Assessment is a broad term that includes testing. A test is a special form of assessment. Tests are assessments made under contrived circumstances especially so that they may be administered. In other words, all tests are assessments, but not all assessments are tests. (Artinya : asesmen adalah suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah istilah yang luas yang mencakup tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes adalah salah satu bentuk asesmen. Dengan kata lain, semua tes merupakan asesmen, namun tidak semua asesmen berupa tes)
- Overton, Terry (2008): Assesment is a process of gathering information to monitor progress and make educational decisions if necessary. As noted in my definition of test, an assesment may include a test, but also include methods such as observations, interview, behavior monitoring, etc. (Artinya: sesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya).
- Palomba and Banta(1999), Assessment is the systematic collection , review , and use of information about educational programs undertaken for the purpose of improving student learning and development (Artinya: asesmen adalah pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik tentang program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan siswa).
Kesimpulan Tentang Pengertian Asesmen:
- Asesmen merupakan metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan umpan balik tentang seberapa baik siswa belajar.
- Dapat dilakukan di awal, di akhir (sesudah), maupun saat pembelajaran sedang berlangsung.
- Asesmen dapat berupa tes atau nontes.
- Asesmen berupa nontes misalnya penggunaan metode observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dsb.
- Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
- Bertujuan meningkatkan belajar (pembelajaran) dan perkembangan siswa.
Pengertian Tes Menurut Para Ahli
- Wayan Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan
- Overton, Terry (2008): test is a method to determine a student’s ability to complete certain tasks or demontstrate mastery of a skill or knowledge of content. Some types would be multiple choice tests or a weekly spelling test. While it commonly used interchangeably with assesment, or even evaluation, it can be distinguished by the fact that a test is one form of an assesment. (Tes adalah suatu metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan sejumlah tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau pengetahuan pada suatu materi pelajaran. Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan. Seringkali penggunaannya tertukar dengan asesmen, atau bahkan evaluasi (penilaian), yang mana sebenarnya tes dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan kenyataan bahwa tes adalah salah satu bentuk asesmen.)
Kesimpulan Tentang Pengertian Tes:
- Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau pengetahuan.
- Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan.
- Tes adalah salah satu bentuk asesmen
Diagram Kedudukan Istilah Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, Asesmen, dan Tes.
Perhatikan Gambar berikut, yang merupakan diagram kedudukan istilah
evaluasi, penilaian, pengukuran, asesmen, dan tes yang seringkali
membingungkan. Diagram dibuat berdasarkan induksi dari pengertian
evaluasi (penilaian), penegertian pengukuran, pengertian asesmen, dan
pengertian tesmenurut para ahli di atas.
Diagram yang menunjukkan kedudukan istilah-istilah "Evaluasi", "Penilaian", "Pengukuran", "Asesmen", dan "Tes" |
Referensi:
- Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and Culture.
- Anas sudiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Grafindo persada, 2001.
- Angelo, T.A., (1991). Ten easy pieces: Assessing higher learning in four dimensions. In Classroom research: Early lessons from success. New directions in teaching and learning (#46), Summer, 17-31.
- Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
- Calongesi, James S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB
- Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003). Formative Evaluation Through Online Focus Groups, in Developing Faculty to use Technology, David G. Brown (ed.), Anker Publishing Company: Bolton, MA.
- Kizlik, Bob. (2009). Measurement, Assessment, and Evaluation in Education. Online : http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 20-01-2013.
- Mardapi, Djemari (2003). Desain Penilaian dan Pembelajaran Mahasiswa. Makalah Disajikan dalam Lokakarya Sistem Penjaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
- Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th Edition). University of Texas - Brownsville
- Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. (1999). Assessment Essentials: Planning, Implementing, Improving. San Francisco: Jossey-Bass
- Sridadi. (2007). Diktat Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Penjas. Yogyakarta: FIK UNY.
- Wayan Nurkencana. (1993). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
- Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Cara Menyusun Instrumen Penilaian Psikomotor
Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah salah satu dari 3 ranah hasil belajar siswa,
yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti berlari, menari, memukul,
membedah, menggambar, dan sebagainya. Ranah psikomotor merupakan suatu
jenis hasil belajar yang dalam perolehannya dicapai lewat keterampilan
manipulasi dengan melibatkan otot dan kekuatan fisik.
Hasil belajar pada ranah psikomotor yang berbentuk keterampilan itu dapat diukur pada saat siswa mengikuti proses pembelajaran ataupun sesudah proses pembelajaran.
Hasil belajar pada ranah psikomotor yang berbentuk keterampilan itu dapat diukur pada saat siswa mengikuti proses pembelajaran ataupun sesudah proses pembelajaran.
Saat proses pembelajaran sedang berlangsung
Untuk melakukan penilaian psikomotor pada saat proses pembelajaran
dengan berlangsung dapat dikakukan pengamatan langsung melalui tingkah
laku yang ditunjukkan siswa selama pembelajaran
Sesudah mengikuti pembelajaran
Penilaian hasil belajar psikomotor yang dilakukan sesudah pembelajaran dilaksanakan dapat dilakukan denga cara memberikan tes kepada siswa.
Penilaian hasil belajar psikomotor yang dilakukan sesudah pembelajaran dilaksanakan dapat dilakukan denga cara memberikan tes kepada siswa.
Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Psikomotor
Untuk menilai hasil belajar psikomotor, guru paling tidak harus menyiapkan 2 dokumen, yaitu:
- Soal / lembar kerja / lembar tugas / perintah kerja.
- Instrumen pengamatan / lembar observasi berupa daftar periksa (check list) atau skala penilaian (rating scale)
Lembar observasi adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk
mengobservasi kemunculan aspek-aspek keterampilan psikomotorik yang
diamati. Lembar observasi dapat berupa daftar periksa (check list) atau dapat pula berupa skala penilaian (rating scale).
Daftar periksa (check list)
Daftar periksa berbentuk yang jawabannya tinggal memberi tanda cek (centang) pada kolom yang sesuai dengan aspek yang diamati.
Daftar periksa berbentuk yang jawabannya tinggal memberi tanda cek (centang) pada kolom yang sesuai dengan aspek yang diamati.
Skala penilaian (rating scale).
Skala penilaian merupakan daftar pertanyaan / pernyataan untuk menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan rentang tertentu, misalnya dengan rentang 1 - 5.
Perlu diingat bahwa instrumen penilaian ranah psikomotor yang disusun harus mengacu kepada indikator. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan saat menyusun sebuah instrumen penilaian psikomotor adalah sebagai berikut:
Skala penilaian merupakan daftar pertanyaan / pernyataan untuk menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan rentang tertentu, misalnya dengan rentang 1 - 5.
Perlu diingat bahwa instrumen penilaian ranah psikomotor yang disusun harus mengacu kepada indikator. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan saat menyusun sebuah instrumen penilaian psikomotor adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Soal / lembar kerja / lembar tugas / perintah kerja.
Langkah-langkahnya:
- Mencermati kisi-kisi instrumen (indikator) yang telah dibuat.
- Merumuskan bentuk soal / lembar kerja / lembar tugas / perintah kerja.berdasarkan indikator.
- Contoh bentuk soal:
Contoh Soal / perintah kerja |
2. Menyusun instrumen pengamatan / lembar observasi
- Mencermati kisi-kisi instrumen (indikator) yang telah dibuat
- Mencermati soal / lembar tugas / perintah kerja yang telah dirumuskan.
- Menjabarkan aspek-aspek keterampilan yang diamati.
- Contoh hasil penjabaran aspek-aspek keterampilan:
Contoh hasil penjabaran aspek-aspek keterampilan |
- Memilih bentuk instrumen pengamatan: apakah berupa daftar periksa atau berupa skala penilaian.
- Menulis instrumen pengamatan yang dipilih berdasarkan aspek-aspek keterampilan ke dalam tabel.
- Menelaah kembali instrumen pengamatan yang telah ditulis untuk meyakinkan bahwa sudah bagus sehingga instrumen memiliki validitas yang tinggi.
- Meminta orang lain untuk menelaah instrumen yang telah dibuat agar hasilnya lebih reliabel.
- Untuk soal dari contoh soal di atas instrumen pengamatannya dapat sebagai berikut.
- Contoh DAFTAR PERIKSA (Check List)
Contoh Daftar Periksa (Check List) untuk Instrumen Pengamatan Keterampilan Psikomotor |
- Contoh SKALA PENILAIAN (Rating Scale)
Contoh Skala Penilaian (Rating Scale) untuk Instrumen Pengamatan Keterampilan Psikomotor |
Pilih Daftar Periksa (Check List) atau Skala Penilaian (Rating Scale)?
Jika guru harus memilih, apakah ia sebaiknya menyusun instrumen penilaian psikomotor dalam format daftar periksa (check list) ataukah dalam format skala penilaian (rating scale),
maka guru dapat mempertimbangkan aspek berikut. Daftar periksa memiliki
keunggulan yaitu lebih mudah disusun dan digunakan dibanding skala
penilaian, akan tetapi perlu diperhatikan pula bahwa skala penilaian
memiliki objektivitas
Langkah-Langkah Menyusun dan Contoh Instrumen Penilaian Afektif
Tinjauan Umum tentang Penilaian Afektif
Penilaian afektif, bagi sebagian guru lebih sulit dilakukan
dibanding penilaian kognitif atau penilaian psikomotor. Padahal dalam
dunia pendidikan seperti halnya di sekolah, ranah afektif juga sangat
perlu mendapatkan perhatian. Kenyataan selama ini di lapangan lebih
menunjukkan penilaian afektif terkesan bagai “anak tiri”
dibanding penilaian kognitif maupun psikomotor. Ada juga kasus-kasus di
lapangan yang menunjukkan guru telah melakukan penilaian afektif,
tetapi tanpa panduan atau instrumen yang baik.
Pada tulisan kali ini, blog kimiazainal akan mencoba membahas mengenai penilaian afektif. Mari kita simak.
Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Beberapa komponen penting ranah afektif misalnya minat dan sikap terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran. Siswa bisa memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu, bisa juga negatif, atau netral. Harapan semua guru tentunya, siswa mereka memiliki sikap dan minat positif terhadap semua mata pelajaran atau materi pelajaran. Melalui sikap yang positif ini kemudian dapat diharapkan, siswa juga akan memiliki minat yang positif. Siswa yang mempunyai sikap positif dan minat positif terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran akan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil dalam kegiatan pembelajaran.
Pada tulisan kali ini, blog kimiazainal akan mencoba membahas mengenai penilaian afektif. Mari kita simak.
Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Beberapa komponen penting ranah afektif misalnya minat dan sikap terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran. Siswa bisa memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu, bisa juga negatif, atau netral. Harapan semua guru tentunya, siswa mereka memiliki sikap dan minat positif terhadap semua mata pelajaran atau materi pelajaran. Melalui sikap yang positif ini kemudian dapat diharapkan, siswa juga akan memiliki minat yang positif. Siswa yang mempunyai sikap positif dan minat positif terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran akan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif
Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap
suatu mata pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian
penting dari ranah afektif, maka guru perlu menyusun instrumen penilaian
afektif. Untuk menyusun instrumen penilaian afektif, dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
- Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat terhadap suatu materi pelajaran.
- Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran
- Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut.
- Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert, berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5) sangat berminat.
- Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner) berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.
- Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat.
- Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan sejawat, bila memang diperlukan
- Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri yang diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut.
- Pemberian skor inventori kepada siswa
- Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran
Bagaimana memberikan skor dalam penilaian afektif
Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara
sederhana. Contoh, pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu
materi pelajaran terdapat 10 item (berarti ada 10 indikator), maka bila
skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai 5), berarti skor
terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x
1) dan skor paling tinggiyang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari
10 item x 5). Maka kita dapat menetukan median-nya, yaitu (10 + 50)/2
atau sama dengan 30. Bila kita membaginya menjadi 4 kategori, maka skor
10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30 termasuk kurang berminat;
skor 32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori sangat
berminat.
Contoh Instrumen Penilaian Afektif
Berikut ini diberikan contoh instrumen penilaian sikap siswa terhadap
materi pelajaran evolusi pada mata pelajaran IPA di kelas IX
Contoh Instrumen Penilaian Afektif |
Artikel Lain Yang Berhubungan dengan Penilaian Afektif :
Prinsip-Prinsip PenilaianKata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif
Dalam penyusunan instrumen penilaian afektif, kita harus menggunakan
kata kerja operasional dalam indikatornya. Ini dilakukan (sama seperti
instrumen penilaian kognitif dan psikomotor) agar indikator dapat
diamati / terukur. Menurut taksonomi Bloom, ada 5 tingkatan ranah
afektif yaitu: (1) A1 – menerima; (2) A2 – menanggapi; (3) A3- menilai;
(4) A4 – mengelola; dan (5) A5 – menghayati. Berikut ini disajikan
contoh-contoh kata kerja operasional untuk kelima tingkatan dalam ranah
afektif.
A1 – Menerima
Contoh kata kerja operasional:
- Memilih
- Mempertanyakan
- Mengikuti
- Memberi
- Mematuhi
- Meminati
- menganut
A2 – menanggapi
Contoh kata kerja operasional:
- Menjawab
- Membantu
- Mengajukan
- Mengkompromikan
- Menyenangi
- Menyambut
- Mendukung
- Menyetujui
- Menampilkan
- Melaporkan
- Memilih
- Memilah
- Mengatakan
- Menolak
A3 – menilai
Contoh kata kerja operasional:
- Mengasumsikan
- Meyakini
- Melengkapi
- Meyakinkan
- Memperjelas
- Memprakarsai
- Mengimani
- Mengundang
- Menggabungkan
- Memperjelas
- Mengusulkan
- Menyumbang
A4 – mengelola
Contoh kata kerja operasional:
- Menganut
- Mengubah
- Menata
- Mengklasifikasikan
- Mengkombinasikan
- Mempertahankan
- Membangun
- Memadukan
- Mengelola
- Menegosiasikan
- Merembukkan
A4 – menghayati
Contoh kata kerja operasional:
- Mengubah perilaku
- Berakhlak mulia
- Mempengaruhi
- Mendengarkan
- Mengkualifikasi
- Melayani
- Menunjukkan
- Membuktikan
- Memecahkan
Model Pembelajaran Matematika: Accelerated Math (Matematika Akselerasi)
Salah satu model pembelajaran matematika yang dianggap efektif untuk diterapkan di kelas saat ini adalah model pembelajaran matematika akselerasi (accelerated math). Istilah lain untuk menyebut model pembelajaran matematika yang satu ini adalah individualized math (matematika individual). Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Renaissance Learning Ltd.
Dalam penerapannya di kelas, model pembelajaran matematika akselerasi (accelerated math) atau model pembelajaran matematika individual (individualized math) ini menggunakan teknologi komputer untuk mengevaluasi performa setiap siswa pada akhir unit-unit pembelajaran. Hasil evaluasi ini pula yang kemudian dijadikan rujukan oleh guru untuk memberikan bantuan bagi semua siswa di kelasnya secara individual sesuai kebutuhan masing-masing siswa.
http://www.ehow.com/how_7460023_use-accelerated-math-classroom.html
http://www.wisegeek.com/what-is-accelerated-math.htm
Definisi / Pengertian Model pembelajaran matematika akselerasi (accelerated math) atau matematika individual (individualized math)
Model pembelajaran matematika akselerasi (accelerated math) atau matematika individual (individualized math) adalah suatu model pembelajaran berbasis komputer dengan sistem di mana siswa-siswa belajar pada tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam sebuah kelas, kemudian mereka juga dapat melangkah maju ke unit pembelajaran berikutnya berdasarkan kecepatan belajar mereka masing-masing.Model pembelajaran matematika |
Dalam penerapannya di kelas, model pembelajaran matematika akselerasi (accelerated math) atau model pembelajaran matematika individual (individualized math) ini menggunakan teknologi komputer untuk mengevaluasi performa setiap siswa pada akhir unit-unit pembelajaran. Hasil evaluasi ini pula yang kemudian dijadikan rujukan oleh guru untuk memberikan bantuan bagi semua siswa di kelasnya secara individual sesuai kebutuhan masing-masing siswa.
Kelebihan model pembelajaran matematika akselerasi (accelerated math) atau model pembelajaran matematika individual (individualized math)
Kelebihan
utama dari model pembelajaran ini adalah bahwa siswa dapat belajar
sesuai tingkatan kemampuan dan kecepatan mereka masing-masing. Hal ini
bagus karena pada kenyataannya setiap siswa mempunyai kemampuan dan
kecepatan belajar yang berbeda-beda.
Selain itu guru juga dapat dengan mudah memperoleh feedback tentang proses beserta hasil pembelajaran yang dilakukan siswanya. Dengan demikian ia dapat mengetahui pula di bagian siswa tertentu mengalami hambata atau kelemahan. Bila hambatan dan kelemahan telah diketahui oleh guru, maka ia dapat memberikan bantuan yang sesuai dan efektif untuk siswa yang bersangkutan
Selain itu guru juga dapat dengan mudah memperoleh feedback tentang proses beserta hasil pembelajaran yang dilakukan siswanya. Dengan demikian ia dapat mengetahui pula di bagian siswa tertentu mengalami hambata atau kelemahan. Bila hambatan dan kelemahan telah diketahui oleh guru, maka ia dapat memberikan bantuan yang sesuai dan efektif untuk siswa yang bersangkutan
Kelemahan model pembelajaran matematika akselerasi (accelerated math) atau model pembelajaran matematika individual (individualized math)
Harus tersedia perangkat keras (komputer) dalam jumlah dan spesifikasi yang memadai.
Harus tersedia software khusus di mana pada software itu tersedia berbagai materi pelajaran matematika yang bersifat interaktif dan dapat mengevaluasi kemajuan belajar siswa pada setiap unit materi pelajaran.
Guru harus memiliki kemampuan di bidang ICT.
Guru akan menemui kesulitan untuk mengaplikasikan model pembelajaran ini pada rancangan pembelajarannya.
Harus tersedia software khusus di mana pada software itu tersedia berbagai materi pelajaran matematika yang bersifat interaktif dan dapat mengevaluasi kemajuan belajar siswa pada setiap unit materi pelajaran.
Guru harus memiliki kemampuan di bidang ICT.
Guru akan menemui kesulitan untuk mengaplikasikan model pembelajaran ini pada rancangan pembelajarannya.
Referensi :
http://www.cehd.umn.edu/nceo/presentations/NCTMLEPIEPStrategiesMathGlossaryHandout.pdfhttp://www.ehow.com/how_7460023_use-accelerated-math-classroom.html
http://www.wisegeek.com/what-is-accelerated-math.htm
Ciri-Ciri Metode Mengajar Yang Efektif
Lalu bagaimanakan sebuah metode mengajar yang telah dipilih oleh guru
tersebut dapat dikatakan efektif? Ada beberapa ciriyang dapat membuat
kita dapat menilai sebuah metode mengajar apakah efektif atau tidak
untuk suatu pembelajaran. Berikut dipaparkan beberapa ciri metode mengajar yang efektif:
Mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
Sebuah metode mengajar dikatakan efektif apabila dapat membantu siswa
mengembangkan pemahaman terhadap materi pelajaran yang sedang diajarkan
oleh guru. Dengan metode yang digunakan siswa menjadi terbantu
mempelajari suatu materipelajaran dengan baik.
Membuat siswa menjadi memiliki rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu adalah hal yang sangat penting dalam proses belajar
seseorang termasuk proses belajar siswa. Jika siswa memiliki rasa ingin
tahu maka pembelajaran yang dilakukannya menjadi amat mengasyikkan. Rasa
ingin tahu adalah asupan energi yang tak habis-habisnya memberikan
siswa kekuatan untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran yang
diberikan. Bahkan dengan rasa ingin tahu, akan muncul motivasi yang
bersifat dari dalam, motivasi intrinsik yang membuat mereka dapat
menjadi pebelajar mandiri. Metode mengajar yang efektif dapat membuat
siswa ingin tahu tentang materi pelajaran yang guru belajarkan kepada
mereka.
Membuat siswa menjadi tertantang
Saat pemebelajaran berlangsung, guru acapkali memberikan tugas-tugas
belajar kepada siswa. Penggunaan metode mengajar yang efektif dapat
membuat siswa tertantang untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas
tersebut dengan baik.
Dapat membuat siswa aktif secara mental, fisik, dan psikis
Salah satu prinsip penting dalam pembelajaran adalah keaktifan pebelajar
untuk memperoleh pengetahuan atau informasi. Bila guru menggunakan
metode mengajar yang efektif, maka aktivitas siswa dalam pembelajaran
akan tampak secara nyata. Keaktifan mereka dapat dalam bentuk mental,
fisik,psikis, atau kombinasi dari keduanya atau ketiganya. Dengan
aktifnya siswa baik secara mental, fisik, maupun psikis, siswa akan
belajar penuh kebermaknaan dan hasil belajar yang mereka dapatkan akan
bertahan lebih lama.
Membantu siswa tumbuh kreatif
Aspek lain yang dapat ditinjau mengenai metode mengajar efektif adalah
pada dapat tidaknya sebuah metode mengajar membantu siswa agar tumbuh
menjadi individu yang kreatif. Metode mengajar yang efektif akan membuat
siswa untuk berlatih menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi:
berpikir kreatif, selama menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran yang
diberikan oleh guru. Dengan latihan-latihan semacam ini, pada akhirnya
siswa akan tumbuh menjadi individu yang kreatif.
Mudah dilaksanakan oleh guru
Ciri metode mengajar yang efektif yang terakhir adalah
kemudahannya dalam pelaksanaan di kelas. Metode mengajar yang efektif
adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya tidak memberatkan guru.
Walaupun kemudahan juga penting untuk dipertimbangkan dalam menentukan
metode mengajar mana yang efektif, guru sebaiknya tidak hanya semata
berpatokan pada ciri ini, sehingga guru dalam pelaksanaan pembelajaran
hanya menggunakan metode-metode mengajar yang mudah dan tidak
membutuhkan kerja keras semata.
Demikian tulisan tentang ciri-ciri metode mengajar yang efektif dari blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model-model pembelajaran, semoga bermanfaat bagi anda dalam mempertimbangkan penerapan suatu metode mengajar di kelas anda. Salam penelitian tindakan kelas.
Strategi bermain peran (role playing) |
Bermain Peran (Role Playing), Sebuah Strategi Pembelajaran Efektif
Definisi / Tinjauan Umum tentang Strategi Bermain Peran (Role Playing)
Beberapa ahli telah membahas tentang strategi bermain peran ini, beberapa di antaranya sebagai berikut:
Joyce dan Weil (2000)
Bermain peran (role-playing) adalah strategi pengajaran yang termasuk ke
dalam kelompok model pembelajaran sosial (social models). Strategi ini
menekankan sifat sosial pembelajaran, dan memandang bahwa perilaku
kooperatif dapat merangsang siswa baik secara sosial maupun intelektual.
Jill Hadfield (1986)
Hadfield menyebutkan bahwa strategi bermain peran (role playing) adalah
suatu permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus
melibatkan unsur senang
Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas.
Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas.
Kelebihan Strategi Bermain Peran (role playing)
Bermain peran adalah strategi mengajar yang memiliki beberapa kelebihan baik bagi siswa maupun bagi guru.
Strategi bermain peran dapat meningkatkan minat siswa
Poorman (2002) menyebutkan bahwa menurut hasil penelitian, strategi
bermain peran dapat meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata
pelajaran dan materi pelajaran, sehingga dengan demikian juga dapat
meningkatkan pemahaman terhadap konsep-konsep yang sedang dibelajarkan
kepada mereka. Apalagi untuk mempersiapkan pembelajaran dengan strategi
ini mereka harus terlebih dahulu melakukan studi tentang karakter atau
tokoh yang akan diperankan atau dibuat skenarionya.
Fogg (2001) menyatakan bahwa pada kelas-kelas sejarah dimana para guru
menjadi bosan dengan pembelajarannya dan menunjukkan kurangnya
keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat diperbaiki dengan penerapan
strategi bermain peran. Dari hasil pengamatan Fogg, siswa menjadi lebih
tertarik dengan bahan pembelajaran yang diberikan.
Strategi bermain peran (role playing) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
Sebagaimana diketahui, siswa bukanlah botol kosong yang dengan
serta-merta menerima ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Mereka
harus terlibat aktif dalam kegiatan proses pembelajaran baik secara
hands on maupun minds on.
Berdasarkan penelitian Poorman (2002), siswa yang diwawancarai mengatakan bahwa dengan strategi bermain peran yang dilaksanakan oleh guru, membuat mereka ingin terlibat aktif melakukan sesuatu dalam pembelajaran.
Hal ini senada sebagaimana yang diteliti Fogg (2001) bahwa pembelajaran yang menggunakan strategi bermain peran meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar.
Strategi bermain peran (role playing) dapat mengajarkan siswa untuk berempati dan memahami suatu hal melalui berbagai sudut pandang
Suatu kegiatan belajar yang menggunakan strategi bermain peran ternyata
dapat mengajarkan siswa untuk berempati. Tentu saha kelebihan ini dapat
dengan mudah kita maklumi karena strategi bermain peran sangat
melibatkan emosi siswa. Ini adalah suatu hal yang sangat positif terkait
domain afektif. Dengan memainkan suatu peran tertentu, mereka akan
memahami bagaimana posisi seseorang yang diperankannya. Dengan strategi
bermain peran mereka tidak akan dengan mudahnya menghakimi seseorang
atau suatu masalah, kecuali dengan terlebih dahulu melihatnya dari
berbagai sudut pandang.
Strategi bermain peran memberikan kesempatan kepada siswa untuk memerankan tokoh yang barangkali dikenal dalam kehidupannya sehari-hari
Dengan bermain peran siswa akan dapat mengalami dan merasakan bagaimana
menjadi seorang tokoh yang mungkin familiar dalam kehidupan mereka. Hal
ini akan membuat mereka menjadi lebih peka terhadap masalah-masalah yang
ada di sekitarnya, meningkatkan keterampilan interpersonal, dan tentu
saja dapat meningkatkan keterampilan komunikasi.
Strategi bermain peran dapat diterapkan dalam berbagai setting
Jangan mengira strategi bermain peran sulit untuk diaplikasikan. Bermain
peran dapat diterapkan dalam setting yang sangat bervariasi, termasuk
di dalam ruang kelas standar. Selain itu bermain peran dapat dilakukan
siswa secara individual maupun secara berkelompok.
Kelemahan strategi bermain peran
Di bawah ini diuraikan beberapa kelemahan strategi bermain peran (role playing). Mari kita simak.
Strategi bermain peran membutuhkan kerja keras semua pihak yang terlibat
Mempersiapkan pembelajaran dengan strategi bermain peran kadangkala
memerlukan kerja keras dari guru maupun siswa, atau bahkan pihak lain
yang mungkin dilibatkan. Akan tetapi, semuanya ini akan impas dengan
motivasi yang akan dimiliki siswa serta penguasaan terhadap konsep yang
dibelajarkan pada mereka.
Alokasi waktu menjadi isu penting
Persiapan pelaksanaan strategi bermain peran tentunya membutuhkan
alokasi waktu yang relatif lebih banyak ketimbang strategi lainnya. Hal
ini wajar karena ada banyak hal yang harus dilakukan baik oleh guru
maupun siswa sebelum dan saat melaksanakan pembelajaran dengan strategi
ini.
Langkah-langkah strategi bermain peran (role playing)
Nah, di atas sudah diuraikan apa itu strategi bermain peran (role
playing) beserta kelebihan dan kelemahannya. Berikut ini dipaparkan
langkah-langkah strategi bermain peran (role playing). Langkah yang
dapat dilakukan guru untuk melaksanakan strategi bermain peran terdiri
dari :
Menentukan tujuan pembelajaran
Pada tahap ini guru menentukan apa tujuan pembelajaran yang hendak
dicapainya melalui strategi bermain peran (role playing) ini. Kemudian
ini juga menentukan detil apa yang harus dilakukannya saat pembelajaran
nanti. Hal ini sebenarnya tergantung sepenuhnya pada alasan mengapa guru
ingin memasukkan startegi bermain peran (role playing) latihan dalam
kegiatan pembelajarannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
tahap ini dapat dideskripsikan oleh pertanyaan-pertanyaan berikut; (1)
Topik apa yang guru ingin ajarkan?; (2) Berapa alokasi waktu yang
tersedia/disediakan?; (3) Apa yang guru harapkan dari siswa setelah
kegiatan strategi bermain peran selesai, apakah dalam bentuk penelitian,
laporan, presentasi?; (4) Apakah guru ingin siswa bermain peran secara
terpisah atau bersama-sama?; (5) Apakah guru ingin memasukkan sebuah
elemen konflik dalam skenario?;
Memilih konteks dan peran, serta menulis skenario
Pada tahap ini guru, sebaiknya bersama-sama siswa memilih konteks dan
peran yang akan dimainkan, dan tentunya juga menulis skenario. Guru
dapat pula mempertimbangkan memilih dan mengadaptasi materi (skenario)
yang lainnya telah disiapkan oleh guru lain (bila sudah tersedia). Jika
guru menulis sendiri, maka guru harus mencari inforimasi latar belakang
masing-masing karakter atau lebih baik lagi jika siswa juga membantu
mengumpulkan informasi tersebut melalui studi kepustakaan atau sumber
lain seperti internet.
Latihan pendahuluan
Beberapa siswa kemudian dipilih atau mengajukan diri untuk menjadi
pemeran dari tokoh-tokoh atau karakter dalam skenario tersebut. Mereka
kemudian berlatih untuk memerankan tokoh-tokoh itu sesuai dengan
penafsirannya di bawah bimbingan guru. Latihan dilakukan beberapa hari
sebelum tampil di depan kelas. Lagi-lagi, mereka dapat melakukan studi
tentang tokoh atau karakter yang akan diperankannya.
Kegiatan pembelajaran/pelaksanaan peragaan
Saat kegiatan pembelajaran guru menampilkan siswa-siswa yang telah
berlatih memerankan karakter atau tokoh-tokoh dalam skenario pada
beberapa hari sebelumnya. Sementara pertunjukan bermain peran dilakukan
oleh beberapa siswa, siswa lainnya di dalam kelompok-kelompok mengamati
dan mencermati lakon yang dimainkan. Mereka mendiskusikan kandungan dari
permainan yang ditampilkan. Hal-hal yang guru harapkan akan
didiskusikan siswa dapat dipadu melalui lembar kerja (LKS).
Mendiskusikan kesimpulan
Setelah kegiatan peragaan peran oleh siswa-siswa di depan kelas, maka
setiap kelompok dapat membahasnya pada diskusi kelas. Tentu saja
kegiatan ini dilakukan dengan panduan dan fasilitasi oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Setiap kelompok kemudian
mengajukan kesimpulannya dan guru kemudian memberikan umpan balik dan
kesimpulan secara umum.
Penilaian
Penilaian dapat dilakukan terhadap bagaimana siswa memerankan karakter
atau tokoh dalam skenario. Untuk siswa yang menonton peragaan, dapat
dinilai dari kemampuan mereka menginterpretasikan skenario yang telah
disajikan. Kemudian bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain tlam
mengkomunikasikan isi dari skenario yang ditampilkan. Penilaian dapat
pula dilakukan dengan meminta mereka menulis sebuah tulisan pendek yang
sifatnya reflektif. Dan tentu saja, penilaian mengacu kepada tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai siswa melalui kegiatan
bermain peran (role playing) tersebut.
Referensi
Fogg, P. (2001). A history professor engages students by giving them a role in the action.
Chronicle of Higher Education.
Chronicle of Higher Education.
Kreativitas Perlu Diajarkan Di Sekolah |
Bagaimana Cara Mengajarkan Kreativitas Kepada Siswa?
Blog kimiazainal telah beberapa kali membahas tentang keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran. Tetapi tidak ada salahnya jika artikel dengan topik ini kita tulis kembali mengingat pentingnya keterampilan berpikir kreatif dan kreativitas untuk diajarkan kepada siswa kita. Berikut ini adalah artikel terbaru tentang kreativitas dan keterampilan berpikir kreatif serta pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkannya di kelas.
Definisi Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu bentuk kemampuan berpikir yang saat ini
mendapat perhatian besar dalam reformasi pendidikan di seluruh dunia.
Apakah yang dimaksud dengan kreativitas itu?
Ofsted (1999), memberikan definisi kreativitas sebagai berikut: Proses kreatif memiliki empat karakteristik. Pertama, melibatkan berpikir atau berperilaku imajinatif. Kedua, kegiatan ini imajinatif memiliki tujuan tertentu. Ketiga,proses ini harus menghasilkan sesuatu yang orisinil. Dan keempat, hasilnya harus memiliki nilai dalam kaitannya dengan tujuan.
Sternberg dan Lubart (1999) menyatakan, " kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan karya yang baik dengan karakteristik orisinil, tak terduga, berguna, adaptif terhadap suatu kendala atau masalah ". Sedangkan Ripple (1999) menyatakan bahwa dalam bidang pendidikan, kreativitas adalah kombinasi kemampuan, keterampilan, motivasi, sikap dan faktor lainnya. Di antara semua atribut kreativitas, kemampuan berpikir kreatif selalu dianggap sebagai pusat pengembangan dari kreativitas.
Menurut teori kognitif, para ahli terkemuka seperti Guildford (1950) dan Torrance (1974), kreativitas berpikir divergen merupakan inti dari pemikiran kreatif. Berpikir divergen meliputi unsur-unsur tentang intektektualitas : kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi.
Sebaliknya, sebagian ahli menggunakan tinjauan melalui pendekatan afektif. Misalnya, Taksonomi Pemikiran Kreatif William (dalam Williams, 1980) menunjukkan bahwa faktor afektif seperti rasa ingin tahu, imajinasi, berani mengambil tantangan dan sikap berani mengambil resiko sangat kondusif untuk proses pengembangan kreativitas, dan faktor-faktor motivasi seperti ketertarikan, nilai dan kepercayaan diri juga penting dalam menentukan kemampuan berpikir kreatif.
Ofsted (1999), memberikan definisi kreativitas sebagai berikut: Proses kreatif memiliki empat karakteristik. Pertama, melibatkan berpikir atau berperilaku imajinatif. Kedua, kegiatan ini imajinatif memiliki tujuan tertentu. Ketiga,proses ini harus menghasilkan sesuatu yang orisinil. Dan keempat, hasilnya harus memiliki nilai dalam kaitannya dengan tujuan.
Sternberg dan Lubart (1999) menyatakan, " kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan karya yang baik dengan karakteristik orisinil, tak terduga, berguna, adaptif terhadap suatu kendala atau masalah ". Sedangkan Ripple (1999) menyatakan bahwa dalam bidang pendidikan, kreativitas adalah kombinasi kemampuan, keterampilan, motivasi, sikap dan faktor lainnya. Di antara semua atribut kreativitas, kemampuan berpikir kreatif selalu dianggap sebagai pusat pengembangan dari kreativitas.
Menurut teori kognitif, para ahli terkemuka seperti Guildford (1950) dan Torrance (1974), kreativitas berpikir divergen merupakan inti dari pemikiran kreatif. Berpikir divergen meliputi unsur-unsur tentang intektektualitas : kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi.
Sebaliknya, sebagian ahli menggunakan tinjauan melalui pendekatan afektif. Misalnya, Taksonomi Pemikiran Kreatif William (dalam Williams, 1980) menunjukkan bahwa faktor afektif seperti rasa ingin tahu, imajinasi, berani mengambil tantangan dan sikap berani mengambil resiko sangat kondusif untuk proses pengembangan kreativitas, dan faktor-faktor motivasi seperti ketertarikan, nilai dan kepercayaan diri juga penting dalam menentukan kemampuan berpikir kreatif.
Kreativitas dalam Pendidikan IPA
Kreativitas adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan dapat
ditafsirkan dengan berbagai macam cara. Sebagaimana didefinisikan dalam
Hu dan Adey (2002) kreativitas dalam domain IPA bertujuan untuk
mengembangkan kreativitas ilmiah atau unsur-unsur berpikir kreatif umum.
Pengajaran kreativitas masih diperdebatkan hingga saat ini. Salah satu
inti perdebatan adalah tentang keraguan beberapa ahli tentang adanya
proses transfer belajar kreativitas dari IPA ke domain lain. Di sisi
lain, kesesuaian mengembangkan kreativitas para ilmuwan melalui
kurikulum "IPA untuk semua (a science for all)" adalah kontroversial.
Masih belum ada kesimpulan tentang bagaimana seharusnya bentuk tujuan
pembejaran dan strategi pembelajaran untuk mengajarkan kreativitas di
bidang IPA. Karena itu, perspektif multi-arah untuk mengintegrasikan
pembelajaran berpikir kreatif ke dalam pendidikan IPA lebih mudah
diterima daripada yang searah.
Dalam sebuah tinjauan terbaru oleh Kind dan Kind (2007), dilaporkan perspektif yang berbeda dalam mengajarkan kreativitas dalam pendidikan IPA, dan pendekatan yang berbeda yang diadopsi oleh guru IPA, pembelajaran IPA berbasis inkuiri, metode eksperimental. Cheng (2006) menyarankan beberapa pendekatan untuk meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran fisika, misalnya pendekatan penemuan (diskoveri), pembelajaran pemahaman, pendekatan presentasi, pendekatan aplikasi, dan pendekatan integrasi pengetahuan sains. Untuk memasukkan kreativitas ke dalam mata pelajaran reguler, para praktisi pendidikan perlu mempertimbangkan aspek kurikulum IPA yang ada. Pada beberapa dekade terakhir, sains-teknologi-masyarakat (STS-Science Technology Society) adalah pendekatan pembelajaran kreativitas yang bagus untuk diterapkan (Mansour, 2009).
Dalam sebuah tinjauan terbaru oleh Kind dan Kind (2007), dilaporkan perspektif yang berbeda dalam mengajarkan kreativitas dalam pendidikan IPA, dan pendekatan yang berbeda yang diadopsi oleh guru IPA, pembelajaran IPA berbasis inkuiri, metode eksperimental. Cheng (2006) menyarankan beberapa pendekatan untuk meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran fisika, misalnya pendekatan penemuan (diskoveri), pembelajaran pemahaman, pendekatan presentasi, pendekatan aplikasi, dan pendekatan integrasi pengetahuan sains. Untuk memasukkan kreativitas ke dalam mata pelajaran reguler, para praktisi pendidikan perlu mempertimbangkan aspek kurikulum IPA yang ada. Pada beberapa dekade terakhir, sains-teknologi-masyarakat (STS-Science Technology Society) adalah pendekatan pembelajaran kreativitas yang bagus untuk diterapkan (Mansour, 2009).
3 Pendekatan Mengajar Kreativitas Berdasarkan Kurikulum
Sejalan dengan kurikulum IPA, disarankan 3 (tiga) pendekatan untuk
mengintegrasikan kreativitas dalam pelajaran IPA, yaitu mengembangkan
pemikiran kreatif IPA melalui : (1) proses IPA; (2) konten atau produk;
dan (3) skenario IPA.
Pendekatan Proses IPA
Mari kita bahas terlebih dahulu tentang pendekatan proses IPA.
Pendekatan inkuiri terbuka (open inquiry) dianggap sebagai pendekatan
atau strategi pembelajaran yang paling banyak digunakan untuk mendorong
kreativitas dalam pendidikan IPA (Johnson, 2000; Kind & Kind, 2007,
Meador, 2003). Craft (2000), Meador (2003) dan Shahrin, Toh, Ho dan
Wong (2002) menganggap bahwa dengan terlibatnya siswa dalam pendekatan
inkuiri terbuka dan latihan proses ilmiah akan dapat membantu siswa
membangun konsep baru, dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan
sikap kreatif. Di antara semua proses inkuiri, tahap penyusunan
hipotesis disebut-sebut sebagai salah satu cara terbaik untuk
menciptakan hubungan antara pengetahuan yang telah mereka miliki dengan
pengalaman baru, dan juga berpraktek dalam penyelidikan ilmiah merupakan
unsur penting dalam meningkatkan kreativitas (Starko, 2010, Watson
& Konicek, 1990).
Pendekatan Berbasis Konten IPA
Dalam pendekatan berbasis konten IPA, pendekatan menulis kreatif, yang
melibatkan penggunaan analogi, adalah strategi yang bermanfaat untuk
memelihara kreativitas dalam pendidikan IPA (Drenkow, 1992). Beranalogi
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat siswa menemukan ide-ide baru,
dan membantu mengembangkan imajinasi (Girod, Rau & Schepige, 2003).
Kind dan Kind (2007) dan Starko (2010) mengatakan bahwa proses imajinasi
tersebut dalam hasil situasi tertentu dalam pemahaman siswa lebih baik
dan perspektif baru bagi ilmu pengetahuan.Pemanfaatan analogi telah
memainkan peran penting dalam penemuan ilmiah (Gibbs, 1999). Menulis
kreatif dianggap sebagai strategi yang efektif untuk meningkatkan
imajinasi siswa , berpikir kreatif dan juga pemahaman terhadap konsep
sains.
Pendekatan Skenario Ilmiah, Misalnya Creative Problem Solving (CPS)
Dalam pendekatan skenario ilmiah, pendekatan pemecahan masalah secara
kreatif (Creative Problem Solving) adalah pendekatan yang umum digunakan
untuk mendorong kreativitas dalam pendidikan IPA. Pendekatan ini
bertujuan untuk memberi siswa kesempatan untuk "bekerja dengan masalah
terbuka atau tugas-tugas yang membutuhkan solusi kreatif" (Park &
Seung, 2008, hal.48). Menurut Isaksen, Dorval dan Treffinger (2000),
pendekatan pemecahan masalah secara kreatif (Creative Problem Solving)
terdiri dari enam tahap: menemukan kekacauan, menemukan data, menemukan
masalah, menemukan ide, menemukan solusi dan menemukan penerimaan
solusi. Pada setiap tahap dibutuhkan proses berpikir divergen
(menemukan banyak ide) yang diikuti oleh proses berpikir konvergen
(menganalisis ide-ide dan membuat pilihan).
Melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Beberapa waktu yang lalu kita pernah mengulas tentang Model Pembelajaran Kooperatif secara umum. Kali ini artikel di blog penelitian tindakan kelas agak lebih spesifik, yaitu tentang cara melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif yang bertujuan mengurangi konflik antar siswa, merangsang kegiatan belajar yang lebih baik, meningkatkan motivasi belajar, dan meningkatkan kepuasan pengalaman belajar. Teknik jigsaw pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1970 oleh Elliot Aronson dan mahasiswa-mahasiswanya di University of Texas dan University of California. Sejak saat itu, ratusan sekolah telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dengan sukses.
Strategi jigsaw adalah startegi pembelajaran kooperatif yang telah tercatat selama lebih dari tiga puluh tahun berhasil mengurangi konflik rasial dan meningkatkan hasil pendidikan secara positif di Amerika. Pada strategi ini, setiap siswa memegang peran penting untuk penyelesaian tugas dan pemahaman pembelajaran. Oleh karena semua siswa memiliki peran penting inilah yang membuat strategi model pembelajaran kooperatif ini menjadi sangat efektif.
Contoh Pelaksanakan Strategi Jigsaw
Para siswa di kelas sejarah, misalnya, dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 atau 6 siswa. Misalkan tugas mereka adalah untuk belajar tentang Perang Dunia II. Dalam satu kelompok jigsaw, Maisarah bertanggung jawab untuk meneliti bagaimana Hitler bisa naik ke tampuk kekuasaan di masa sebelum perang Jerman pecah. Anggota lain dari kelompok, misalnya Sanusi, ditugaskan untuk mempelajari bagaimana keadaan tentang kamp-kamp konsentrasi, Faisal diberikan tugas meneliti peran Inggris dalam perang, Melisa bertugas mencermati bagaimana kontribusi Uni Soviet, Tata akan berusaha memahami bagaimana masuknya Jepang ke dalam perang, serta Cintia akan membaca bahan tentang bagaimana bom atom dikembangkan sebagai senjata.Struktur Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw |
Situasi yang dibuat terstruktur secara khusus, sedemikian rupa seperti di atas membuat satu-satunya akses setiap anggota terhadap seluruh informasi adalah harus mendengarkan dengan cermat laporan setiap orang di dalam kelompoknya. Dengan demikian, Semua orang saling membutuhkan dan saling merasa bertanggung jawab untuk kesuksesan dirinya dan teman sekelompoknya.
Apa Manfaat Penggunaan Strategi Jigsaw?
Pertama dan terpenting, jigsaw adalah cara yang sangat efisien untuk mempelajari materi pelajaran. Proses jigsaw juga mendorong siswa untuk mendengarkan, terlibat aktif, dan berempati dengan memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok sebagai bagian penting dalam kegiatan akademik. Anggota kelompok harus bekerja sama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama, setiap orang tergantung pada orang lain. Tidak ada siswa dapat berhasil sepenuhnya kecuali semua orang bekerja dengan baik bersama-sama sebagai sebuah tim. Jigsaw adalah bentuk kerjasama yang didesain untuk memfasilitasi interaksi antar semua siswa di kelas, membimbing mereka untuk menghargai satu sama lain sebagai kontributor untuk tugas bersama mereka.Baca juga: Langkah-langkah Melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Tim Ahli).
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai beberapa kelebihan antara lain : (1) memudahkan siswa untuk belajar; (2) mudah digunakan; (3) dapat diimplementasikan bersama strategi pengajaran lainnya; (4) merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang sangat efektif, bahkan jika hanya digunakan satu jam pelajaran per hari.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang Baik Sulit Direalisasikan Di Kelas?
Jawabannya bisa ya atau tidak. Akan menyesatkan untuk menyatakan bahwa sesi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw selalu berjalan lancar. Kadang-kadang, seorang siswa yang mendominasi akan berbicara terlalu banyak atau mencoba untuk mengendalikan kelompok. Lalu bagaimana cara guru agar dapat mencegah hal ini agar tidak terjadi? Beberapa siswa yang tidak lancar membaca atau pemikir lambat akan mengalami kesulitan membuat laporan yang baik untuk kelompok mereka. Bagaimana guru dapat membantu siswa yang tidak lancar membaca dan pemikir lamban inii? Di sisi lain, beberapa siswa sangat berbakat sehingga mereka bisa bosan bekerja dengan siswa lambat. Apakah teknik jigsaw efektif dengan siswa-siswa berbakat yang dapat bosan dengan siswa yang lamban? Dalam beberapa kasus, siswa mungkin tidak memiliki pengalaman mengikuti pembelajaran kooperatif dengan strategi jigsaw ini sebelumnya. Akankah strategi jigsaw dapat berfungsi pada siswa yang lebih tua yang telah terlatih untuk bersaing satu sama lain? Berikut pembahasannya.Permasalahan dengan Siswa yang Suka Mendominasi
Banyak guruyang berpengalaman menggunakan strategi jigsaw dalam pembelajaran kooperatif mereka merasa bahwa dengan menunjuk salah satu siswa yang suka mendominasi diskusi untuk menjadi pemimpin diskusi di setiap sesi secara bergiliran sangat membantu masalah menyelesaikan ini. Tugas pemimpin adalah untuk memanggil siswa secara adil dan mencoba untuk menyebarkan partisipasi setiap orang merata. Selain itu, siswa yang suka mendominasi ini akan dengan cepat menyadari bahwa kelompok akan berjalan lebih efektif jika setiap siswa diperbolehkan untuk mempresentasikan tugasnya atau bahan sebelum ada pertanyaan dan komentar. Dengan demikian, kepentingan diri kelompok akhirnya mengurangi masalah dominasi.Permasalahan dengan Siswa Lamban
Guru harus memastikan bahwa siswa dengan kemampuan belajar lamban tidak menyampaikan laporan lebih rendah daripada anggota kelompok jigsawnya yang lain. Jika ini terjadi, strategi jigsaw mungkin akan menjadi bumerang. Untuk mengatasi masalah ini, teknik jigsaw bergantung pada kelompok "ahli". Sebelum menyajikan laporan kepada kelompok jigsaw mereka, setiap siswa memasuki sebuah kelompok ahli yang terdiri dari siswa lain yang telah menyiapkan laporan tentang topik yang sama. Dalam kelompok ahli, siswa memiliki kesempatan untuk membahas laporan mereka dan memodifikasi dengan didasarkan pada saran dari anggota lain dari kelompok ahli mereka. Sistem ini bekerja sangat baik. Pada tahap awal, guru dapat memantau kelompok ahli dengan hati-hati, untuk memastikan bahwa setiap siswa nantinya akan dapat memberikan laporan yang akurat untuk dipresentasikan kepada kelompok jigsaw-nya. Kebanyakan guru menemukan bahwa setelah kelompok ahli mendapatkan pemahaman yang baik tentang materi pelajaran yang menjadi tugasnya, pemantauan yang hati-hati dan ketat tidak lagi diperlukan.Permasalahan dengan Siswa Berbakat yang Menjadi Bosan
Terlepas dari teknik pembelajaran apapun yang digunakan guru , kebosanan bisa menjadi masalah serius di setiap kelas. Penelitian menunjukkan, bahwa tingkat kebosanan dalam ruang kelas yang mengaplikasikan strategi jigsaw lebih rendah daripada di kelas tradisional. Anak-anak di kelas jigsaw lebih menyukai sekolah, dan hal ini berlaku baik bagi siswa berprestasi serta siswa yang lamban. Jika siswa berprestasi didorong untuk mengembangkan pola pikir "sebagi guru bagi kawannya," maka pengalaman belajar yang membosankan dapat menjadi sebuah tantangan yang menarik.Permasalahan Dengan Siswa Yang Telah Terbiasa Bersaing
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki pengaruh yang sangat bagus bila diperkenalkan di sekolah dasar. Tapi bagaimana jika jigsaw belumpernah diikuti siswa saat berada di sekolah dasar dan telah terbiasa bersaing? Memang bila demikian, usaha guru menjadi lebih sulit untuk memperkenalkan pembelajaran kooperatif. Tidak mudah mengubah kebiasaan lama mereka yang sering bersaing atau dihadapkan pada persaingan. Tapi hal ini bukan berarti tidakdapat dirubah. Pengalaman dan penelitian menunjukkan bahwa meskipun secara umum membutuhkan waktu sedikit lebih lama, siswa sekolah menengah yang terbiasa bersaing dapat berpartisipasi dalam jigsaw dan menampilkan kemampuan luar biasa untuk mendapatkan keuntungan dari struktur kooperatif.Kesimpulan
Beberapa guru mungkin merasa bahwa mereka telah mencoba pendekatan pembelajaran kooperatif karena mereka kadang-kadang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil, memerintahkan mereka untuk bekerja sama. Namun pembelajaran kooperatif membutuhkan lebih dari anak-anak yang sedang duduk mengelilingi sebuah meja dan mengatakan kepada mereka untuk berbagi, bekerja sama, dan bersikap baik satu sama lain. Situasi yang loggar dan tidak terstruktur dalam pembelajaran berkelompok bukanlah pembelajaran koperatif. Sebuah pembelajaran kooperatif memerlukan unsur-unsur penting yang dapat menjamin strategi seperti jigsaw dan lainnya pada model pembelajaran kooperatif dapat terstruktur dan berfungsi dengan baik.Referensi:
www.jigsaw.orghttp://www.readwritethink.org/professional-development/strategy-guides/using-jigsaw-cooperative-learning-30599.html
Post a Comment