Senyawa Oksida Asam dan Oksida Basa


Senyawa Oksida

Oksida adalah persenyawaan antara suatu unsur dengan oksigen. Oksigen dalam persenyawaan selalu bervalensi 2 (kecuali dalam peroksida, superoksida, dan oksida campuran), maka rumus umum oksida – oksida tersebut adalah A2Ox, jika A adalah unsur bervalensi x.
Ada 5 macam oksida yang dikenal:
  • Oksida basa
  • Oksida asam
  • Oksida amfoter
  • Oksida indiferen
  • Peroksida 

Oksida Basa (Oksida Logam)

Oksida basa adalah suatu oksida logam yang dapat menghasilkan basa hidroksida apabila oksida tersebut direaksikan dengan air. Contoh oksida basa adalah oksida logam : Na2O, K2O, CaO, Fe2O3, CuO, ZnO. Jika senyawa oksida basa direaksikan dengan air akan dihasilkan basa:
Na2O   +  H2O  --> 2NaOH
K2O     +  H2O  --> 2KOH
CaO     +  H2O  --> Ca(OH)2
Meskipun dari semua oksida basa ada hidroksidanya, namun yang dapat bereaksi langsung dengan air hanyalah Na2O, K2O, CaO, SrO, dan BaO. Berikut disajikan tabel oksida basa.


Tata Nama Oksida Basa

1. Sistem Lama

Nama logam ditulis dengan nama latin, kemudian akhiran “um” diganti dengan “o” jika valensinya rendah, dan diganti dengan akhiran “I” jika valensinya tinggi (untuk logam yang hanya memiliki satu jenis valensi tidak perlu diberi akhiran) kemudian diikuti nama unsur oksigen (non logam lain) yang diberi akhiran “ida”. Contoh:
FeO        = Fero Oksida                                   
Fe2O3     = Feri Oksida                                    
SnO        = Stano Oksida                                 
SnO2      = Stani Oksida                                  
Na2O     = Natrium Oksida                            
CaO       = Kalsium Oksida                             
Kelemahan penamaan sistem lama adalah tidak dapat digunakan untuk logam-logam yang mempunyai lebih dari dua jenis valensi.

    2. Sistem Stock

Sistem Stock ini sekarang banyak digunakan secara Internasional sebab sistem ini dapat menutupi kelemahan yang ada pada penamaan sistem lama.
Aturan penamaan : Nama logam ditulis dengan nama umum (nama dalam bahasa Indonesia), diikuti dengan nomor valensi yang ditulis dengan angka Romawi di dalam kurung, kemudian diikuti nama unsur Oksigen (non logam) yang diberi akhiran “ida”. Logam yang hanya memiliki satu jenis valensi tidak perlu dituliskan nomor valensinya.
Contoh :
Na2O     = Natrium Oksida                             
Fe2O3    = Besi (III) Oksida                            
SnO       = Timah (II) Oksida                         
SnO2     = Timah (IV) Oksida
Hg2O    = Raksa (I) Oksida
HgO      = Raksa (II) Oksida
K2O      = Kalium Oksida

Oksida Asam (Oksida Non Logam)

Oksida asam adalah oksida non logam yang dapat menghasilkan asam bila direaksikan dengan air. Contoh oksida asam antara lain CO2, SO2, SO3, P2O3, P2O5, N2O3, N2O5. Apabila oksida asam direaksikan dengan air akan menghasilkan asam :
CO2    +  H2O  --> H2CO3
SO2     +  H2O  --> H2SO3
SO3     +  H2O  --> H2SO4
P2O3   + 3H2O --> H3PO3
P2O5   + H2O   --> H3PO4
N2O3  + H2O   --> HNO2
N2O5  + H2O   --> HNO3 

Berikut disajikan tabel oksida asam dan asamnya


Tata Nama Oksida Non Logam

1.Sistem Lama 

Nama unsur non logam disebutkan terlebih dahulu, diikuti nama unsur oksigen (unsur non logam lainnya) dan diberi akhiran “ida”. Unsur non logam pertama jika jumlahnya hanya satu tidak usah diberi awalan mono, tetapi jika jumlahnya lebih dari satu maka harus diberi awalan : 2 (di), 3 (tri), 4 (tetra), 5 (penta), 6 (heksa), 7 (hepta), 8 (okta), 9 (nona), 10 (deka).
Unsur oksigen atau non logam kedua walaupun jumlahnya hanya satu harus diberi awalan mono, begitu pula jika jumlahnya lebih dari satu harus diberi awalan seperti unsur non logam pertama.
Contoh :
CO2        : Karbon Dioksida                   N2O3      : Dinitrogen Trioksida
SO2      : Sulfur Dioksida                      N2O5      : Dinitrogen Pentaoksida                       
SO3         : Sulfur Trioksida                                              
P2O3       : Difosfor Trioksida                                        
P2O5       : Difosfor Pentaoksida

 2. Sistem Stock

Nama unsur non logam disebutkan tetlebih dahulu, diikuti dengan nomor valensi dengan angka Romawi di dalam kurung, kemudian diikuti nama oksigen (atau unsur non logam lainnya) yang diberi akhiran “ida”. Contoh :
N2O5      = Nitrogen (IV) Oksida
CO2          = Karbon (IV) Oksida
N2O3        = Nitrogen (III) Oksida
SO2           = Belerang (IV) Oksida
SO3        = Belerang (VI) Oksida
P2O3      = Fosfor (III) Oksida
P2O5      = Fosfor (V) Oksida

Daftar Pustaka
Nuryati, M.Pd, Dra. Leila; Kartini, M.Si, Ir. Tin; Al Hamdika, S.Si. Dinda; 2013; Kimia Dasar; Bogor : SMK – SMAK Bogor