Beberapa Metode Pembelajaran
Metode Inquiri
Apakah Karakter Metode Inquiri?
Pada penerapan metode inkuiri guru menempatkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang ditandai dengan aktivitas berikut:
- mengembangkan pertanyaan sendiri
- mengobservasi dan menghimpun fakta atau peristiwa untuk menjawab pertanyaan
- menjelaskan peristiwa yang dihimpun
- mengaitkan konsep atau pengetahuan dengan fakta atau peristiwa yang dihimpun dari proses observasi
- mengembangkan argumen atau alasan yang menjelaskan mengapa peristiwa itu terjadi.
Bagaimana Melaksanakan Metode Inquiri?
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode inquiri mengintegrasikan siswa dalam langkah kegaitan mengamati dan menanya, dalam kegiatan pengamatan siswa merekam data atau informasi dari peristiwa yang sesungguhnya terjadi di sekitar kehidupan siswa. Untuk kegiatan pengamatan sebaiknya siswa telah mendapat bekal lembar instrumen pengehimpun data yang memuat pertanyaan yang harus dijawab sehingga siswa melaksanakan observasi dengna tujuan yang jelas.
Kegiatan berikutnya siswa mencoba untuk mengoleksi data, mengelompokkan atau menganalisis data, membandingkan antar kelompok data, dan menjelaskan arti data dari hasil analisis data.
Pada tahap akhir siswa menggunakan data atau informasi hasil observasi untuk penjelasan mengapa peristiwa terjadi. Pejelasan yang siswa rumuskan hendaknya merupakan proses untuk menjawab pertanyaan yang siswa buat pada awal kegiatan belajar.
Apa Yang Dapat Siswa Temukan dalam Pelaksanaan Inquiri?
Dari penjelasan singkat dinyatakan bahwa dengan menggunakan metode inquiri siswa seharusnya mendapatkan hal-hal baru, seperti berikut:
- Mempelajari ilmu pengetahuan bukan sekedar mengingat dan mengetahui fakta.
- Pengalaman belajar dengan menghimpun dan mempelajari informasi yang diperoleh dari kehidupan berpeluang untuk meningkatkan pengetahuannya melalui proses belajar yang mandiri (metakognitif)
- Siswa memperoleh pengatahuan dan keterampilan baru dari peristiwa yang diamatinya.
- Apabila proses belajar dilakukan secara berkelompok, maka siswa pun mendapatkan pengalaman untuk bekerja sama dalam menghasilkan karya.
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam web Universitas Samfor mengutif pendapat Boud dan Duch dijelaskan bahwa PBL adalah suatu pendekatan dalam merumuskan kurikulum untuk menghadapkan siswa pada masalah dalam mempraktikan sesuatu sehingga dapat merangsang siswa belajar ( Boud & Feletti,1991).
PBL merupakan metode pembelajaran yang menantang siswa belajar tentang cara belajar, melaksanakan kegiatan secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang diangkat dari kehidupan nyata. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analisis, serta menemukan dan menggunakan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa ( Duch, 1995)
Apa karakter PBL?
Penerapan pembelajaran berbasis masalah memiliki karakter khusus sebagai berikut:
- Siswa merumuskan masalah yang kompleks .
- Pebelajaran berpusat pada siswa
- Guru memfasilitasi siswa mengamati fakta yang realistis dan kontekstual
- Siswa bekerja dalam kelompok kecil dan mencari jawaban atas masalah yang dirumuskannya.
- Siswa melakukan penilaian diri, penilaian oleh teman, dan mendapat penilaian guru.
Tujuan penerapan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan , maupun sikap seperti berikut:
- Beradaptasi terhadap perubahan
- Berpartisipasi dalam aktivitas
- Berpikir kritis
- Mencermati masalah dari berbagai sudut pandang
- Mengintegrasikan keragaman apresiasi
- Meraih keberhasilan melalui kerja sama dalam tim.
- Mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan
- Meningkatkan kemampuan belajar individu dalam kelompok
- Meningkatkan keterampilan berkomunikasi
- Meningkatkan keterampilan menggunakan informasi dalam memecahkan masalah.
- Bersikap hati-hati dalam menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.
- Bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
Langkah 1
- Memahami tujuan dengan indikator pencapaian kompetensi yang terukur
- Membagi siswa dalam kelas ke dalam beberapa kelompok kecil
- Mengindentifikasi masalah yang kuat dari kehidupan
- Menghimpun data atau informasi sebagai bahan pemecahan masalah.
- Merumuskan jawaban atau penyelesaian masalah sementara
- Menggunakan data atau informasi sebagai bahan argumentasi atau bernalar dan berkarya
- Menguji kebenaran jawaban dengan cara mengomunikasikan langkah pemecahan masalah.
- Merumuskan kesimpulan, siswa menetapkan jawaban dalam kelompok kecil.
- Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
- Menentukan alat ukur yang sesuai dengan tujuan yang akan diukur
- Melaksanakan penilaian dengan penilaian autentik
- Melaksanakan penilaian dalam bentuk tes.
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Dalam
kehidupan keterampian berpikir kritis sangat penting. Oleh karena itu
guru perlu terus mengasah pamahaman tentang apa keterampilan berpikir
kritis dan bagaimana meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Dengan pemahanan yang jelas maka guru dapat merencanakan keterampilan
spesifik yang bagaimana, bagaimana mengintegrasikan ke dalam materi dan
metode pembelajaran dan bagaimana pula menilainya.
Apakah keterampilan berpikir kritis?
Keterampilan berpikir
kritis adalah kemampuan berpikir jernih dan rasional. Keterampilan
ini meliputi kemampuan merefleksikan pikiran dengan berpikir secara
bebas. Keterampilan
berpikir kritis bukan akumulasi informasi. Seseorang yang memiliki daya
ingat yang kuat, menguasai banyak fakta, memiliki pengetahuan atau
konsep yang banyak belum tentu terampil berpikir kritis.
Keterampilan berpikir
kritis memerlukan dukungan pengetahuan serta terampil menggunakan
pengetahuan untuk memecahkan masalah yang meliputi kemampuan untuk
mengeksplorasi informasi untuk memenuhi kebutuhan kegiatan berpikir.
Keterampilan berpikir kritis sekaligus membekali siswa untuk memilih
masalah apa yang harus diselesaikan dan masalah mana yang tidak perlu
diselesaikan. Dari pernyataan ini tersirat makna bahwa semakin kritis
seseorang maka semakin kuat menentukan masalah yang harus
diselesaikannya dan semakin tepat menjawab atau menyelesaikan
masalahnya.
Keterampilan berpikir kritis
bukan keterampilan berargumen atau mengkritik orang lain. Keterampilan
berpikir kritis sangat diperlukan dalam menyepakati alasan secara
kolektif dalam kelompok dalam rangka menyelesaikan pekerjaan bersama.
Dengan terampil berpikir kritis siswa dapat melakuan berbagai aktivitas seperti berikut:
- Mereflesikan pertimbangan atau alasan seseorang, nilai yang diyakini, dan keyakinan yang dimilikii hubungan antara logika dengan gagasan atau ide.
- Mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi argumen.
- Mendeteksi hubungan yang tidak konsisten atau kesalah dalam berargumen.
- Memecahkan masalah secara sistematis (mengubungn input , proses dan output dengan logika yang tepat)
- Mengidentifikasi relevansi dan pentingnya ide.
Dalam aktivitas berpikir dengan berbagai tingkat kesulitannya dari
mulai mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
sampai pada berkreasi memerlukan keterampilan berpikir kritis.
Bagaimana mengajarkannya?
Tahap 1
Guru dapat memulai meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dimulai dengan melatih siswa menggunakan pertanyaan ‘apa’, di
mana, mengapa atau pertanyaan lain yang diintegrasikan ke dalam bentuk
kegiatan untuk mengingat dan mengindentifikasi informasi.
Tahap 2
Siswa mencoba mengungkap informasi dari hasil eksplorasi
pemikirannya dalam bentuk diskusi. Kegiatan ini membantu siswa
mengorganisasi atau menyeleksi secara menyeluruh antara fakta dan ide.
Tahap 3
Selanjutnya, siswa menggunakan fakta, data, informasi,
menafsirkan data sebagai bahan perumusan argumentasi sehingga
memperolah ide baru yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Tahap 4
Mengkombinasikan seluruh ide untuk mengembangkan pendapat
berdasarkan berbagai argumentasi yang dilandasi dengan fakta, data, atau
informasi yang digunakan secara logis seperti dalam kegiatan diskusi.
Semoga uraian singkat ini berfaedah.
Referensi:
- http://philosophy.hku.hk/think/critical/ct.php
- http://www.edudemic.com/blooms-taxonomy-critical-thinking/
Post a Comment