Beberapa Metode Pembelajaran

Metode Inquiri

Metode inquiri berkembang sejak tahun 1960-an untuk mengubah pola belajar siswa mengingat informasi tentang materi yang dipelajari menjadi siswa memperoleh pengalaman belajar dengan cara menemukan hal-hal baru. Pergerakan perubahan dilandasi dengan teori konstruktivisme.
Apakah Karakter Metode Inquiri?
Pada penerapan metode inkuiri guru menempatkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang ditandai dengan aktivitas berikut:
  • mengembangkan pertanyaan sendiri
  • mengobservasi dan menghimpun fakta atau peristiwa  untuk menjawab pertanyaan
  • menjelaskan peristiwa yang dihimpun
  • mengaitkan konsep atau pengetahuan dengan fakta atau peristiwa yang dihimpun dari proses observasi
  • mengembangkan argumen atau alasan yang menjelaskan mengapa peristiwa itu terjadi.

Bagaimana Melaksanakan Metode Inquiri?
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan  metode inquiri mengintegrasikan siswa dalam langkah kegaitan  mengamati dan menanya, dalam kegiatan pengamatan siswa merekam data atau informasi dari peristiwa yang sesungguhnya terjadi di sekitar kehidupan siswa. Untuk kegiatan pengamatan sebaiknya siswa telah mendapat bekal lembar instrumen pengehimpun data  yang memuat pertanyaan yang harus dijawab sehingga siswa melaksanakan observasi dengna tujuan yang jelas.
Kegiatan berikutnya siswa mencoba untuk mengoleksi data, mengelompokkan atau  menganalisis data, membandingkan antar kelompok data,  dan menjelaskan arti data dari hasil analisis data.
Pada tahap akhir siswa menggunakan data atau informasi hasil observasi untuk  penjelasan mengapa peristiwa terjadi. Pejelasan yang siswa  rumuskan hendaknya merupakan proses untuk menjawab pertanyaan yang siswa buat pada awal kegiatan belajar.
Apa Yang Dapat Siswa Temukan dalam Pelaksanaan Inquiri?
Dari penjelasan singkat dinyatakan bahwa dengan menggunakan metode inquiri siswa  seharusnya mendapatkan hal-hal baru, seperti berikut:
  • Mempelajari ilmu pengetahuan bukan sekedar mengingat dan mengetahui fakta.
  • Pengalaman belajar dengan menghimpun dan mempelajari informasi yang diperoleh dari kehidupan berpeluang untuk meningkatkan pengetahuannya melalui proses belajar yang mandiri (metakognitif)
  • Siswa memperoleh pengatahuan dan keterampilan baru dari peristiwa yang diamatinya.
  • Apabila proses belajar dilakukan secara berkelompok, maka siswa pun mendapatkan pengalaman untuk bekerja sama dalam menghasilkan karya.

Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah merupakan cara untuk meningkatkan siswa aktif, beraktivitas secara mandiri dalam kelompok, dan dapat menghasilkan karya. Siswa aktif menyusun masalah yang diungkap dari kehidupan nyata di sekitar siswa. Siswa juga menghimpun data atau informasi untuk mengembangkan keingin tahuannya.
 Dalam web Universitas Samfor mengutif pendapat Boud dan Duch dijelaskan bahwa  PBL adalah suatu pendekatan dalam merumuskan kurikulum untuk menghadapkan siswa pada masalah dalam mempraktikan sesuatu sehingga dapat merangsang siswa belajar ( Boud & Feletti,1991). 
PBL merupakan metode pembelajaran yang menantang siswa belajar tentang  cara belajar, melaksanakan kegiatan secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang diangkat dari kehidupan nyata. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analisis, serta menemukan dan menggunakan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa ( Duch, 1995)
 Apa karakter PBL?
Penerapan pembelajaran berbasis masalah memiliki karakter khusus sebagai berikut:
  •  Siswa merumuskan masalah yang kompleks .
  • Pebelajaran berpusat pada siswa 
  • Guru memfasilitasi siswa mengamati fakta yang realistis dan kontekstual
  • Siswa bekerja dalam kelompok kecil dan mencari jawaban atas masalah yang dirumuskannya.
  • Siswa melakukan penilaian diri, penilaian oleh teman, dan mendapat penilaian guru.
Apakah tujuan menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah? 
Tujuan penerapan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan , maupun sikap seperti berikut:
  • Beradaptasi terhadap perubahan
  • Berpartisipasi dalam aktivitas
  • Berpikir kritis
  • Mencermati masalah dari berbagai sudut pandang
  • Mengintegrasikan keragaman apresiasi
  • Meraih keberhasilan melalui kerja sama dalam tim.
  • Mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan
  • Meningkatkan kemampuan belajar individu dalam kelompok
  • Meningkatkan keterampilan berkomunikasi
  • Meningkatkan keterampilan menggunakan informasi dalam memecahkan masalah.
  • Bersikap hati-hati dalam menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.
  • Bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. 
Bagaimana melaksanakan pembelajaran berbasis masalah?
Langkah 1                                   
  • Memahami tujuan dengan indikator pencapaian kompetensi yang terukur
  • Membagi siswa dalam kelas ke dalam beberapa kelompok kecil
Langkah 2
  • Mengindentifikasi masalah yang kuat dari kehidupan
  • Menghimpun data atau informasi sebagai bahan pemecahan masalah.
Langkah 3
  • Merumuskan jawaban atau penyelesaian masalah sementara
  • Menggunakan data atau informasi sebagai bahan argumentasi atau bernalar dan berkarya
Langkah 4                                   
  • Menguji kebenaran jawaban dengan cara mengomunikasikan langkah pemecahan masalah.
Langkah 5
  • Merumuskan kesimpulan, siswa menetapkan jawaban dalam kelompok kecil.
Bagaimana menilai hasil PBL?
  •  Mengidentifikasi  tujuan pembelajaran 
  • Menentukan alat ukur yang sesuai dengan tujuan yang akan diukur
  • Melaksanakan penilaian dengan penilaian autentik
  • Melaksanakan penilaian dalam bentuk tes.
Model Format Penilaian Autentik (12)


Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis

Dalam kehidupan keterampian berpikir kritis sangat penting. Oleh karena itu guru perlu terus mengasah pamahaman tentang apa keterampilan berpikir kritis dan bagaimana meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Dengan pemahanan yang jelas maka guru dapat merencanakan keterampilan spesifik yang bagaimana, bagaimana mengintegrasikan ke dalam materi dan metode pembelajaran dan bagaimana pula menilainya.
Apakah keterampilan berpikir kritis?
 Keterampilan berpikir kritis adalah  kemampuan berpikir  jernih dan rasional.  Keterampilan ini meliputi  kemampuan merefleksikan pikiran dengan  berpikir secara bebas.     Keterampilan berpikir kritis bukan akumulasi informasi. Seseorang yang memiliki daya ingat yang kuat, menguasai banyak fakta, memiliki  pengetahuan atau konsep yang  banyak belum tentu   terampil berpikir kritis.
Keterampilan berpikir  kritis memerlukan dukungan pengetahuan serta terampil menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah yang meliputi kemampuan untuk mengeksplorasi informasi untuk memenuhi kebutuhan  kegiatan berpikir. Keterampilan berpikir kritis sekaligus membekali siswa untuk  memilih masalah apa yang harus diselesaikan dan masalah mana yang tidak perlu diselesaikan. Dari pernyataan ini tersirat makna bahwa semakin kritis seseorang maka semakin kuat menentukan masalah yang harus diselesaikannya dan semakin tepat menjawab atau menyelesaikan masalahnya.
Keterampilan berpikir kritis bukan keterampilan berargumen atau mengkritik orang lain. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan dalam menyepakati alasan secara kolektif dalam kelompok dalam rangka menyelesaikan pekerjaan bersama.
Dengan terampil berpikir kritis siswa dapat  melakuan berbagai aktivitas seperti berikut:
  • Mereflesikan pertimbangan atau alasan seseorang,  nilai yang diyakini, dan keyakinan yang dimilikii hubungan antara logika dengan  gagasan atau ide.
  • Mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi argumen.
  • Mendeteksi  hubungan yang tidak konsisten atau kesalah dalam berargumen.
  • Memecahkan masalah secara sistematis (mengubungn input , proses dan output dengan logika yang tepat)  
  • Mengidentifikasi  relevansi dan pentingnya ide.
Dalam aktivitas berpikir dengan berbagai tingkat kesulitannya dari mulai mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, sampai pada berkreasi memerlukan keterampilan berpikir kritis.
Bagaimana mengajarkannya?
Tahap 1
Guru dapat memulai meningkatkan keterampilan berpikir kritis dimulai dengan melatih siswa menggunakan pertanyaan ‘apa’, di mana, mengapa atau pertanyaan lain  yang diintegrasikan ke dalam bentuk  kegiatan untuk mengingat dan mengindentifikasi informasi.
Tahap 2
Siswa mencoba mengungkap informasi dari hasil eksplorasi pemikirannya dalam bentuk diskusi. Kegiatan ini membantu siswa mengorganisasi atau menyeleksi secara menyeluruh antara fakta dan ide.
Tahap 3
Selanjutnya, siswa menggunakan fakta, data, informasi, menafsirkan data sebagai bahan perumusan argumentasi  sehingga memperolah ide baru yang dapat digunakan untuk  menyelesaikan masalah.
Tahap 4
Mengkombinasikan seluruh ide untuk mengembangkan pendapat berdasarkan berbagai argumentasi yang dilandasi dengan fakta, data, atau informasi yang digunakan secara logis seperti dalam kegiatan diskusi.
Semoga uraian singkat ini berfaedah.
Referensi:
  • http://philosophy.hku.hk/think/critical/ct.php
  • http://www.edudemic.com/blooms-taxonomy-critical-thinking/