Penilaian Hasil Belajar Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013
- Dilakukan secara menyeleuruh untuk menilai masukan, proses, dan keluaran pembelajaran.
- Terpadu dengan pembelajaran.
- Menilai kesiapan, proses, dan haslil blajar peserta didik secara utuh.
- Meliputi ranah sikap , keterampilan, dan pengetahuan.
- Relevan dengan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.
- Tidak hanya mengukur yang siswa ketahui, tetapi mengukur yang peserta didik lakukan.
|
---|
Pada panduan pelaksanaan Kurikulum 2013, Pemendikbud 81A, menjelaskan bahwa yang menjadi sasaran penilain ialan proses dan hasil belajar siswa. Penilain proses meliputi aktivitas mengamati, menanya; mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Yang termasuk aktivitas dalam mengamati adalah menyimak, membaca, dan melihat.
Aktivitas menanya meliputi kegaitan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang belum siswa pahami dari yang diamatinya. Karena itu pembelajaran dianjurkan dimulai dari siswa mencari tahu dengan cara bertanya dengan benar. Pada langkah ini siswa merumuskan pertanyaan untuk merumuskan yang ingin dipelajarinya. Karenanya pertanyaan selain menggali rasa ingin tahunya, juga dapat menggali ruang pikiran untuk mengembangkan dugaan sementara atau hipotesis.
Untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukannya siswa mencoba menghimpun informasi dengan cara membaca sumber belajar yang ada dalam kelas, mengamati objek, mengamati kejadian, melakukan percobaan, mengadakan wawancara dari nara sumber, menonton filem, melakukan kunjungan ke perpustakaan, mengeksplorasi dari internet, atau menggali sumber lain seperti diskusi dengan teman dalam kelompok. Di sini terkandung kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Kegiatan dilanjut dengan mengolah informasi yang sudah siswa himpun. Pengolahan informasi seperti menganalisis, mengelompokkan data yang sejenis, membadingkan perbedaan, membandingkan kosep yang bertentangan sehingga siswa dapat menambah keluasan dan kedalaman informasi. Melalui pengolahan informasi siswa menentukan solusi atas masalah yang telah mereka rumuskan dalam kegiatan awal pembelajaran. berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai pada yang bertentangan. Dari hasil analisis siswa mencoba merumuskan kesimpulan. Dalam proses ini sebenarnya siswa mengembangkan pengalaman menalar atau mengasosiasi.
Pada proses mengolah informasi siswa perlu mendapatkan dorongan untuk bersikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, serta menerapkan keterampilan berpikir, menerapkan prosedur dan menafsirkan data sehingga dapat memperoleh menyimpulkan .
Kegiatan inti berikutnya adalah menyampaikan hasil pengamatan atau mengkomunikasikan kesimpulan. Pada tahap ini siswa belajar ujntuk mengomunikasikan materi yang mereka pelajari baik secara lisan, tertulis, atau menggunakan media.
Data hasil penilain meliputi data perkembangan belajar siswa dalam proses pelaksanaan belajar sehari-hari hasil pengamatan guru, penilaian diri, dan penilaian teman, hasil ulangan harian lisan maupun tulisan, nilai hasil karya, dan nilai tugas yang terhimpun menjadi nilai portofolio.
Untuk mengolah nilai, Direktorat Pembinaan SMA memberi rambu penelaian sebagai berikut:
Kurikulum 2013 dan Konsep Pengembangan Inovator
Empat pola tindak yang membuat innovator menemukan hal-hal baru yaitu:
- Menanya. Inovator keluar dari keadaan lama. Dengan menanya mereka dapat menggali dan mempertimbangkan kemungkinan-ke mungkinan baru. Dinyata dalam tulisannya bahwa kecerdasan kreatifnya tidak berasal dari kemampuan menjawab dengan benar, tetapi digali dengan keterampilan menanya. Penjelasan ini menegaskan pentingnya keterampilan menanya sebagai bagian dari proses untuk memahami dan memenuhi rasa ingin tahu.
- Mengamati: Inovator mendeteksi hal detil yang kecil-kecil seperti mengamati perilaku pelanggan, pemasok, serta memperhatikan perusahaan lain yang menunjukkan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.
- Mencoba: Innovator tanpa henti mencoba dan mencoba pengalaman baru serta menjelajahi pengalan yang berbeda dari sebelumnya.
- Networking atau membentuk jejaring. Innovator berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, mereka mendapatkan pandangan dari berbagai perspektif yang berbeda. Hasil identifikasi ini mengandung penegasan bahwa kecerdasan berinteraki dan berkolaborasi merupakan faktor penting yang menunjang daya inovasi.
Yang terkait dengan proses pengembangan pengusaan pengetahuan siswa telah dirumuskan oleh David Krathwohl (2002) pada revisi pemikiran Bloom yang tergambar pada diagram berikut:
Pada gambar tampak bahwa proses
pengembangan kognitif meliputi dua dimensi. Pertama pengembangan
pengetahuan yang meliputi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif. Dimensi kedua adalah pengembangan kecakapan berpikir
yang terdiri atas enam level yaitu mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi.
Peningkatan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan berpikir bagaikan dua sisi mata uang yang selalu
terintegrasi. Pada gambar di atas, pendidik dapat mengembangkan
pengetahuan faktual siswa dari mulai level berpikir paling bawah yaitu
mengingat sampai dengan yang tertinggi yaitu mencipta. Demikian pula
dengan komponen pengetahuan berikutnya. Gambar ini dapat memandu guru
mengembangkan indikator kompetensi pada setiap sel sehingga menjadi
variatif dan tingkat kesulitannya dapat dikembangkan bergradasi.
Pemikiran Jeffrey H. Dyer terkait pada
aktivitas belajar yang dapat dikembangkan, sedangkan pemikiran Krathwohl
terkait pada kompetensi pungasaan pengetahuan dan level berpikir. Kedua
pemikiran besar ini menjadi dasar dalam mengembangkan kompetensi
penguasaan pengetahuan, kecakapan berpikir, dan aktivitas belajar.
Bedanya dalam pengembangan pengetahuan diperlukan kecerdasan
logis-matematis yang potensinya sesuai dengan yang dimilikinya,
sedangkan dalam mengembangkan daya inovasi adalah mengembangkan
kecerdasan kreatif yang dapat dilatih dan dikembangkan secara
berkelanjutan.
Menyangkut pengembangan kecerdasan tidak dapat dilepaskan dari teori yang dikembangkan oleh Howard Gardner tentang multiple intelligence.
Artikel terkait: Pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif
Referensi:
- Gardner, H., & Hatch, T. (1989). Multiple intelligences go to school: Educational implications of the theory of multiple intelligences. Educational Researcher, 4-10. retrieved 15 July 2013 from JSTOR
- David R. Krathwohl (2002). A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. http://www.unco.edu/cetl/sir/stating_outcome/documents/Krathwohl.pdf
- Jeffrey H. Dyer, Hal B. Gregersen, dan Clayton M. Christensen (2009). The Innovator’s DN, http://www.barnesandnoble.com/w/innovators-dna-jeff-dyer/1100744423
Post a Comment