Teknik Menerapkan Penilaian Otentik, Format Penilaian Otentik, Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi Pada Kurikulum 2013


Pejabat Kemendikbud menyatakan bahwa satu sekolah belum masuk dalam kategori  melaksanakan kurikulum 2013 jika guru-gurunya belum melaksanakan penilaian otentik.  Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian merupakan cara menghimpun informasi tentang yang bisa peserta didik lakukan dalam  mengikuti proses pembelajaran.

Penilaian otentik mensyaratkan penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata yang dapat siswa lakukan yang terintegrasi secara  holistik yang meliputi  (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
Penilaian otentik menmpatkan guru pada kondisi melaksanakan lebih dari satu pekerjaan yang dilakukan secara simultan atau berbarengan antara proses mengajar dan menilai. Bersamaan dengan memfasilitasi siswa belajar sambil menilai. Mencermati aktivitas seperti ini sebagian guru memandang terlalu repot dan dapat mengurangi konsentrasi dalam menyelenggarakan pembelajaran. Karena itu dalam beberapa kesempatan berdiskusi dengan guru, muncul masalah seperti di bawah ini.
Bagaiman Teknik Melaksanakan Penilaian Otentik?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, mari kita lihat dulu daya respon manusia dalam  aktivitas sehari-hari. Contoh sopir, dalam melaksanakan perannya ia mengurus beberapa aktivias yang dikerjakan pada waktu yang bersamaan. Ia harus mengendalikan stir mobil, mengatur tekanan rem, menginjak pedal kopling, berkonsentrasi ke depan, dan terkadang pada kecepatan tertentu harus sambil mengontrok ke belakang. Aktivitas itu dapat ia lakukan apabila telah terlatih dan terbiasa. Daya akurasinya meningkat karena pengalaman mengulang-ngulang.
Jika pada saat ini guru memandang bahwa mengajar sambil menilai itu repot. Sama seperti seornag pengendara speda motor yang baru belajar, bisa menjalankan speda motor supaya tegak, namun ia belum bisa mengatur aktivitas mengatur rem dengan memindahkan gigi karena belum biasa. Oleh karena itu,  kunci keberhasilan menilai otentik adalah harus terlatih melalui pengulangan.
Dalam melaksanakan tugas menilai otentik banyak komponen yang harus dikontrol secara bersamaaan yaitu aktivitas siswa dalam penguasaan pengetahuan, perkembangan sikap,dan keterampilan yang dapat ditunjukkannya. Guru memperhatikan ketiganya  sama seperti memperhatikan kepadatan jalan, mengontrol kecepatan kendaraan, dan memperhatikan rambu-rambu lalulintas. Masing-masing berjalan harmonis. Perhatikan Perangkat dan Dokumen Penilaian Hasil Belajar (7202).
Mengingat banyaknya komponen yang perlu guru perhatikan dalam proses pembelajaran, berikut GP sajikan beberapa teknik untuk mempermudah melaksanakan tugas menilai sebagai berikut:
  1. Siapkan format penilaian dalam excel agar perhitungan hasil penilaian dilakukan secara otomatis.
  2. Jika keterampilan menggakan excel  belum dikuasai, tidak masalah yang penting guru selalu memegang lembar penilaian pada saat mengajar dan sebelum mengajar dimulai telah menentukan komponen kompetensi yang akan dinilai.
  3. Jika menggunakan komputer ada baiknya data dan nilai yang diperkirakan dapat diraih oleh siswa pada umumnya telah diisikan ke dalam daftar nilai, jadi dalam proses  mengajar guru hanya perlu memperhatikan siswa yang unggul sehigga perlu dinaikan nilainya, dan menurunkan  nilai siswa yang  belum memenuhi harapan.
  4. Gunakan satu lembar penilaian setiap kali pertemuan untuk satu kompetensi dasar yang dapat digunakan dalam beberapa kali pertemuan.
  5. Jika cara ini dipandang terlalu merepotkan, maka ambilah satu kopetensi pada sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap tatap muka. Jika guru tidak terbebani dengan  tugas menilai, maka kompetensi yang dinilai dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan.
  6. Jika guru perlu menilai beberap kompetensi pada tiap pertemuan, maka dapat diatur siswa yang dinilai dibatasi, yang penting semua komponen yang seharusnya dinilai selesai ditangani pada beberap pertemuan.
  7. Gunakan waktu jeda saat mengajar untuk memperhatikan aktivitas siswa dan menilainya.
Dengan teknik memegang buku nilai atau lembar penilaian yang disertai dengan mengapresiasi secara terbuka setiap prilaku siswa yang guru harapkan, ternyata dapat mendorong siswa sangat aktif. Dengan menyadari bahwa setiap prilakunya yang baik dinilai terbukti dapat mendorong siswa jauh lebih aktif dan guru perlu mengatur lalulintas aktivitas siswa dengan cermat, karena terlalu sibut melayani komunikasi dengan siswa yang aktif ternyata sangat melelahkan juga.
Di sinilah berlaku kaidah. Mengajar adalah seni.
Salam

Format Penilaian Otentik


Hasil pelaksanaan kegiatan pendampingan terhadap sekolah penyelenggara kurikulum 2013 menunjukkan bahwa sekolah masih sedang mencari bentuk pelaksanaan penilaian otentik yang sesuai dengan target SKL yang sekolah harapkan. Guru-guru pada beberapa SMA yang terpantau belum terbekali dengan  instrumen  yang dapat menilai input, proses, dan output pembelajaran secara komprehensif. Instrumen penilaian komprehensif mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.  
Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
Penilaian sikap dapat dilaksanakan penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi, pada penilaian diri pendidik menggunakan lembar penilaian diri. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
Penilaian dalam bentuk  jurnal berupa catatan pendidik yang diperoleh dari kegiatan boservasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati di dalam dan di luar kelas. Muatan jurnal berupa informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
Penilaan pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian yang dilengkapi pedoman penskoran. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.  Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Penilaian  kompetensi keterampilan dapat pendidik lakukan melalui penilaian kinerja dalam mendemonstrasikan kompetensi tertentu, tes praktik, proyek, dan portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya yang dinilai dapat berbentuk tindakan nyata peserta didik.
Untuk merealisasikan konsep tersebut para pendidik hendaknya dibekali dengan instrumen penilain otentik yang sederhana, praktis, namun mencakup seluruh dimensi yang perlu guru amati sehingga seusai melaksanakan pembelajaran guru memiliki  hasil penilaian selama proses pembelajaran berlangsung.
Pada pertemuan pertama dihasilkan rancangan instrumen penilaian berikut Daftar Nilai untuk Penilaian Otentik (5478).  Pada diskusi lanjutan  dalam muncul kesadaran bahwa instrumen yang diperlukan tidak cuma untuk penilaian otentik, namun diperlukan pula perangkat untuk menampung nilai hasil tes; seperti hasil ulangan harian ; dan perangkat untuk menghimpun nilai tugas siswa. Menanggapi keperluan itu tersusunlah Perangkat dan Dokumen Penilaian Hasil Belajar (7202) sebaggai bahan mempersiapkan pengisian rapot.

Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi Pada Kurikulum 2013


Poros utama pelaksanaan pembelajaran adalah mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan adalah suatu pernyataan   yang menggambarkan perilaku siswa yang guru harapkan setelah menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu. Pencapaian tujuan dibuktikan dengan pemenuhan indikator pencapaian. Indikator pencapaian proses dan hasil menggambarkan prilaku yang terukur atau dapat diamati yang membuktikan tercapainya kompetensi yang diharapkan.
Manfaat penggunaan indikator yaitu membantu guru menentukan keberhasilannya dalam melaksanakan kegiatan. Di samping itu, dengan memperhatikan indikator pencapaian guru dapat menentukan teknik dan  instrumen evaluasi dan menentukan metode. Indikator bermanfaat pula untuk siswa yaitu membantu mereka memusatkan perhatian pada tujuan yang perlu mereka wujudkan. Indikator membantu siswa menenetukan strategi belajar, memilih sumber belajar menggunakan waktu, serta memperhitungkan daya yang mereka alokasikan.
Indikator hasil belajar harus memenuhi tiga kriteria utama yaitu dirumuskan dalam kalimat yang jelas, mengandung kepastian makna, dan dapat diukur. Kejelasan pernyataan mengandung konsekuensi bahwa guru dan siswa memaknai kalimat dengan makna yang sama. Kepastian mengandung pengertian tidak menimbulkan makna ganda. Dan, dapat diukur jika pencapaian perilaku dapat diamati atau diukur dengan  menggunakan instrumen.
Dalam penyusunan indikator perlu memperhatikan kriteria;
  • spesifik yaitu hanya mengandung satu prilaku. Contoh pernyataan yang menggandung satu prilaku; merancang rencana kegiatan. Dalam penyusunan indikator hasil belajar masih sering didapat beberapa kata kerja operasional dalam satu indiaktor. Misalnya, menyebutkan dan menuliskan kalimat. Contoh yang terakhir tentu tidak spesifik
  • berorientasi pada siswa yang menggambarkan kompetensi siswa yang diharapkan
  • menggunakan kata kerja operasional
  • mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan; serta memperhatikan.
Dalam perumusan indikator hasil belajar, terutama dalam pelaksanaan kurikulum 2013 perlu diperhatikan sebaran menurut penguasaan teori. Tingkat penguasaan teori meliputi :
  • faktual,
  • konseptual,
  • prosedural, dan
  • metakognitif. 
Berikut contoh indikator yang mencirikan pada tiap level penguasaan.
  • Faktual:    mengungkapkan dua pikiran penting yang terdapat pada teks yang ditelahaannya.
  • Konseptual: menuliskan lima prinsip utama dalam merumuskan merumuskan tujuan penyusunan program.
  • Prosedural: Menerapkan teknik belajar dengan menggunakan metode jigsaw dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah di kelas 10 secara efektif.
  • Metakognitif:     Menggunakan pengetahuan yang telah siswa miliki  untuk menambah pengetahuan yang baru secara mandiri dengan menemukan cara menguasai informasi baru dari berbagai sumber yang digunakannya..
Penguasaan pengetahuan pada level meta kognitif menunjukkan mampu menggunakan pengetahuannya untuk merumuskan pikiran sendiri tentang rencana tindakan yang akan dilakukannya. Belajar tentang bangaimana cara belajar. Siswa menguasai teknik bagaimana cara belajar melalui pengembangan inisiatifnya sendiri. Siswa bersikap kritis terhadap caranya ia berpikir atau mampu berpikir tentang bagaimana cara berpikir. Siswa mengintegrasikan berbagai kesadaran kognitifnya untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya secara mandiri.
Pada bagian akhir tulisan singkat ini, saya ingin menyinggung pentingnya guru untuk memperhatikan level berpikir dalam indikator yang ditetapkan. Penerapan kurikulum 2013 dilatari dengan fakta bahwa siswa Indonesia ketinggalan oleh siswa bangsa lain dalam menguasai kecapaian berpikir tinggi atau sering diistilahkan HOTS (High Order Thinking Skill) yang meliputi analisis, evaluasi, dan kreasi pada Taksonomi Bloom.
Level berpikir analisis dapat menggunakan kata kerja operasional: Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis,  Menyeleksi, Memerinci, Menominasikan, Mendiagramkan, Mengorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer, Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi,  Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan.
Level berpikir evaluasi dapat menggunakan kata kerja operasional: Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Mendukung, Memvalidasi, Mengetes, Memilih,Memproyeksikan.
Level berkreasi dapat menggunakan kata kerja operasional: merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.
Dari uraian singkat di atas, dapat dinyatakan bahwa perumusan  pencapaian kompetensi pada kurikulum 2013 mengadung multi spesifikasi yang merupakan irisan i :
  • Dimensi ranah kompetensi yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan, sikap.
  • Dimensi pengetahuan meliputi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakonitif.
  • Dimensi level kecakapan berpikir yang meliputi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi.
Ketiga dimensi tersebut dapat diintegrasikan dalam tabel berikut berikut:
Semoga bermanfaat untuk pendidikn Indonesia yang lebih baik.