Pengertian Asam dan Basa Menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, Lewis, Contoh, Teori, Derajat Keasaman, Cara Menentukan pH, Contoh Soal, Pembahasan, Praktikum Kimia
Anda tentu sering mendengar larutan asam sulfat dan asam nitrat bukan?
Kedua larutan tersebut dapat digunakan untuk menghilangkan lapisan
oksida pada permukaan logam sebelum dilakukan pengecatan. Demikian pula,
dengan susu magnesia (natrium bikarbonat) dan larutan amonia yang dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan fiber kertas. Menurut Anda, sifat apakah
yang terkandung dalam senyawa tersebut? Selama Anda mempelajari kimia
Anda tentu juga telah mengetahui tentang larutan yang bersifat asam dan
larutan yang bersifat basa. Asam dan basa merupakan salah satu sifat zat
(larutan maupun nonpelarut). Sifat asam dan basa memiliki peran penting
dalam proses kimia di alam, makhluk hidup, maupun industri. Apakah
sebenarnya sifat asam basa itu? Bagaimanakah menentukan sifat suatu zat
berdasarkan asam basa? Bagaimanakah cara menghitung derajat keasaman
(pH) suatu larutan? Semua pertanyaan di atas akan Anda temukan
jawabannya setelah Anda mempelajari bab ini.
A. Asam Basa Menurut Arrhenius
Di Kelas X, Anda telah mempelajari larutan dan sifat-sifat listrik larutan, seperti larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Pada pelajaran kali ini, Anda akan dihantarkan untuk memahami lebih
jauh tentang larutan dan sifat-sifat asam atau basa suatu larutan serta
teori yang melandasinya.
1.1. Teori Asam Basa Menurut Arrhenius
Istilah asam dan basa sudah dikenal oleh masyarakat ilmiah sejak
dulu. Istilah asam diberikan kepada zat yang rasanya asam, sedangkan
basa untuk zat yang rasanya pahit.
Pada 1777, Lavoisier menyatakan bahwa oksigen adalah unsur utama dalam
senyawa asam. Pada 1808, Humphry Davy menemukan fenomena lain, yaitu HCl
dalam air dapat bersifat asam, tetapi tidak mengandung oksigen. Fakta
ini memicu Arrhenius untuk mengajukan teori asam basa.
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dapat melepaskan ion H+ di dalam air sehingga konsentrasi ion H+ dalam air meningkat. Basa adalah zat yang dapat melepaskan ion OH– di dalam air sehingga konsentrasi ion OH– dalam air meningkat.
Contoh senyawa yang tergolong asam dan basa menurut teori Arrhenius adalah sebagai berikut:
a. Asam : HCl, HNO3, dan H2SO4. Senyawa ini jika dilarutkan dalam air akan terurai membentuk ion H+ dan ion negatif sisa asam.
HCI(g) → H+(aq) + CI–(aq)
H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO4
2–(aq)
b. Basa : NaOH, KOH, Ca(OH)2, dan dan Al(OH)3. Senyawa ini jika dilarutkan dalam air akan terurai membentuk ion OH– dan ion positif sisa basa.
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH–(aq)
Ca(OH)2(aq)
→ Ca2+(aq) + 2OH–(aq)
Menurut teori Arrhenius, rumus kimia asam harus mengandung atom hidrogen
(–H) dan rumus kimia basa harus mengandung gugus hidroksil (–OH).
1.2. Larutan Asam, Basa, dan Netral
Di Kelas X, Anda sudah mengetahui bahwa air murni tidak dapat menghantarkan listrik
karena air tidak terurai menjadi ion-ionnya (senyawa kovalen).
Sesungguhnya air murni itu dapat terionisasi, tetapi konsentrasinya
sangat kecil, yaitu sekitar 1 × 10–7 M.
Berdasarkan penyelidikan, dapat diketahui bahwa ionisasi air bersifat
endoterm dan berkesetimbangan. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
H2O(l) ↔ H+(aq) + OH–(aq)
Tetapan kesetimbangan ionisasi air dapat ditulis sebagai berikut.
Karena air adalah zat murni, konsentrasi air tidak berubah dan dapat
dipersatukan dengan tetapan kesetimbangan sehingga persamaan tetapannya
menjadi:
Kw = [H+]
[OH–]
Tetapan kesetimbangan ini disebut tetapan ionisasi air, dilambangkan dengan Kw.
Pada 25 °C, nilai Kw = 1,0 × 10–14 dan pada 37 °C nilai Kw = 2,5 × 10–14.
Dengan kata lain, ionisasi air bersifat endoterm. Berdasarkan nilai Kw, konsentrasi ion H+ dan ion OH– dalam air dapat dihitung. Misalnya:
[H+] = [OH–] = x
maka,
Kw = [x] [x] =
1,0 × 10–14, atau x = 1,0 ×10–7
Jadi, konsentrasi ion H+ dan OH– hasil ionisasi air pada 25 °C masing-masing sebesar 1,0 × 10–7.
Jika dalam larutan terdapat konsentrasi molar ion H+ sama dengan konsentrasi molar ion OH– , yakni [H+] = [OH–], larutan tersebut dinyatakan bersifat netral (serupa dengan air murni).
Menurut Arrhenius, suatu larutan bersifat asam jika konsentrasi H+ dalam larutan meningkat. Artinya, jika dalam larutan terdapat [H+] > [OH–], larutan bersifat asam. Sebaliknya, jika dalam larutan [H+] < [OH–], larutan bersifat basa.
Untuk menentukan sifat asam atau basa suatu larutan secara kualitatif, Anda dapat melakukan kegiatan berikut.
Praktikum Kimia Sifat Asam dan Basa Larutan (1) :
Tujuan :
Menentukan sifat asam atau basa suatu larutan.
Alat :
- Tabung reaksi atau pelat tetes
- Kertas lakmus
Bahan :
- Larutan NaCl 0,5 M
- Larutan CaCl2 0,5 M
- Larutan HCl 0,5 M
- Larutan CH3COOH 0,5 M
- Larutan NaOH 0,5 M
- Larutan Mg(OH)2 0,5 M
Langkah Kerja :
- Tuangkanlah 3 mL larutan yang akan diselidiki ke dalam tabung reaksi.
- Celupkan kertas lakmus merah dan lakmus biru ke dalam tabung reaksi yang berisi 3 mL larutan yang akan diselidiki.
- Amatilah perubahan warna pada kertas lakmus biru dan merah.
Pertanyaan :
- Apakah terjadi perubahan warna pada larutan NaCl dan CaCl2?
- Apakah terjadi perubahan warna pada larutan HCl, CH3COOH, NaOH, dan Mg(OH)2?
- Diskusikan hasil yang Anda peroleh dengan teman-teman Anda, dan tuliskan sifat-sifat larutannya asam, basa, atau netralkah?
Apakah kertas lakmus itu? Bagaimanakah kertas lakmus bekerja?
Kertas lakmus adalah suatu indikator (petunjuk) yang dapat membedakan sifat asam dan basa
suatu larutan. Pada kertas lakmus terdapat senyawa organik yang dapat
berubah warna pada kondisi asam atau basa. Kertas lakmus merah akan
berubah menjadi warna biru jika dicelupkan ke dalam larutan basa. Kertas
lakmus biru akan berubah menjadi merah jika dicelupkan ke dalam larutan
asam, seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1. Perubahan Warna Larutan dengan Menggunakan Lakmus Merah dan Lakmus Biru.
Larutan
|
Lakmus Merah
|
Lakmus Biru
|
Asam
|
Merah
|
Merah
|
Basa
|
Biru
|
Biru
|
Netral
|
Merah
|
Biru
|
B. Derajat Keasaman atau Kekuatan Asam Basa
Berdasarkan percobaan Kimia 1, Anda mengetahui bahwa larutan dapat
digolongkan sebagai larutan asam, larutan basa, dan larutan netral.
Derajat kekuatan asam atau basa dari suatu larutan dapat dihitung dari
nilai pH atau pOH.
Di Kelas X, Anda telah mengetahui bahwa larutan ada yang bersifat elektrolit kuat, elektrolit lemah,
dan non elektrolit. Demikian juga zat-zat yang bersifat asam atau basa
memiliki derajat kekuatan asam basa yang berbeda. Untuk mengetahui
derajat kekuatan asam atau basa suatu larutan, lakukanlah kegiatan
berikut.
Praktikum Kimia Kekuatan Asam Basa (2) :
Tujuan :
Menentukan kekuatan asam atau basa suatu larutan.
Alat :
- Indikator universal
- Konduktometer atau amperemeter
- Tabung reaksi
Bahan :
- 50 mL Larutan HCl 0,5 M
- 50 mL Larutan CH3COOH 0,5 M
- 50 mL Larutan NaOH 0,5 M
- 50 mL Larutan NH3 0,5 M.
Langkah Kerja :
- Masukkan masing-masing larutan HCl, CH3COOH, NaOH, dan NH3 ke dalam tabung reaksi. Celupkan indikator universal, lalu amati perubahan warna pada indikator universal dan bandingkan warnanya dengan data warna yang menunjukkan nilai pH.
- Ukur masing-masing larutan dengan konduktometer hantaran listrik.
Pertanyaan :
- Manakah larutan yang bersifat asam kuat, asam lemah, basa kuat, dan basa lemah?
- Apakah yang menyebabkan suatu larutan bersifat asam kuat atau basa kuat?
- Apakah yang dapat Anda simpulkan dari percobaan ini? Diskusikan dengan teman-teman Anda.
Suatu larutan digolongkan asam kuat jika memiliki daya hantar listrik
kuat (larutan elektrolit kuat) dan nilai pH rendah (konsentrasi molar
ion H+ tinggi). Sebaliknya, jika daya hantar listrik lemah dan nilai pH sedang (sekitar 3–6), larutan tersebut tergolong asam lemah.
Demikian juga larutan basa dapat digolongkan sebagai basa kuat jika
memiliki daya hantar listrik kuat dan pH sangat tinggi. Jika daya hantar
listrik lemah dan nilai pH sedang (sekitar 8–11), larutan tersebut
tergolong sebagai basa lemah.
Mengapa larutan asam atau basa memiliki kekuatan berbeda untuk
konsentrasi molar yang sama? Semua ini dapat dijelaskan berdasarkan pada
konsentrasi molar asam atau basa yang dapat terionisasi di dalam
pelarut air.
Banyaknya zat yang terionisasi di dalam larutan disebut derajat ionisasi (a). Nilai a dapat ditentukan dari persamaan berikut.
Derajat ionisasi menyatakan kekuatan relatif asam atau basa dalam satuan
persen. Jika nilai α ≈ 100%, digolongkan asam atau basa kuat, sedangkan
jika nilai a < 20%, digolongkan asam atau basa lemah.
2.1. Asam Kuat dan Basa Kuat
Asam kuat adalah zat yang di dalam pelarut air mengalami ionisasi
sempurna (α ≈ 100%). Di dalam larutan, molekul asam kuat hampir semuanya
terurai membentuk ion H+ dan ion negatif sisa asam. Contoh asam kuat adalah HCl, HNO3, dan H2SO4.
Contoh Soal Menentukan Konsentrasi Ion dalam Larutan Asam Kuat (1) :
Berapakah konsentrasi H+, Cl–, dan HCl dalam larutan HCl 0,1 M?
Pembahasan :
HCl tergolong asam kuat. Dalam air dianggap terionisasi sempurna (100%). Reaksi ionnya:
HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq)
Perhatikan konsentrasi molar masing-masing spesi dalam larutan HCl 0,1 M berikut.
Spesi
|
[HCl](M)
|
[H+](M)
|
[Cl–](M)
|
Konsentrasi
awal
|
0,1
|
0
|
0
|
Teroinisasi
|
≈ 100%
|
–
|
–
|
Konsentrasi
akhir
|
≈ 0
|
≈ 0,1 M
|
≈ 0,1 M
|
Jadi, setelah terionisasi, dalam larutan HCl 0,1 M terdapat [H+] = 0,1 M; [Cl–] = 0,1 M; dan [HCl] dianggap tidak ada.
Sama halnya dengan asam, zat yang di dalam larutan bersifat basa dapat
digolongkan sebagai basa kuat dan basa lemah berdasarkan kesempurnaan
ionisasinya. Basa kuat adalah zat yang di dalam air terionisasi sempurna
(α ≈ 100%), sedangkan basa lemah terionisasi sebagian.
Perhatikan Contoh soal 2 berikut.
Contoh Soal Menentukan Konsentrasi Ion dalam Larutan Basa Kuat (2) :
Hitunglah konsentrasi ion-ion dalam larutan Mg(OH)2 0,1 M?
Jawaban :
Mg(OH)2 adalah basa kuat divalen, persamaan ionisasinya adalah :
Mg(OH)2(aq) → Mg2+(aq)
+ 2OH–(aq)
Karena Mg(OH)2 basa kuat, seluruh Mg(OH)2 akan terurai sempurna menjadi ionionnya.
Berdasarkan koefisien reaksi, konsentrasi masing-masing spesi di dalam larutan dapat dihitung sebagai berikut.
[Mg2+] = 0,1 M;
[OH–] = 0,2 M; [Mg(OH)2] = 0
2.2. Asam dan Basa Lemah
Asam lemah adalah senyawa yang kelarutannya di dalam air terionisasi
sebagian, sesuai derajat ionisasinya. Mengapa asam lemah terionisasi
sebagian? Berdasarkan hasil penyelidikan diketahui bahwa zat-zat yang
bersifat asam lemah, di dalam larutan membentuk kesetimbangan antara
molekul-molekul asam lemah dengan ion-ionnya.
Contohnya, jika asam lemah HA dilarutkan dalam air, larutan tersebut akan terionisasi membentuk ion-ion H+ dan A– .
Akan tetapi pada waktu bersamaan ion-ion tersebut bereaksi kembali
membentuk molekul HA sehingga tercapai keadaan kesetimbangan. Persamaan
reaksinya:
HA(aq) ↔ H+(aq)
+ A–(aq)
Karena HA membentuk keadaan kesetimbangan, pelarutan asam lemah dalam
air memiliki nilai tetapan kesetimbangan. Tetapan kesetimbangan untuk
asam lemah dinamakan tetapan ionisasi asam, dilambangkan dengan Ka.
Rumusnya sebagai berikut.
Dalam larutan asam lemah, semua Hukum-Hukum Kesetimbangan yang sudah
Anda pelajari, berlaku di sini. Nilai tetapan ionisasi asam tidak
bergantung pada konsentrasi awal asam lemah yang dilarutkan, tetapi
bergantung pada suhu sistem.
Jika nilai tetapan ionisasi asam diketahui, konsentrasi ion H+ dan
ion sisa asam lemah dapat ditentukan. Perhatikan reaksi kesetimbangan
asam lemah HA dengan konsentrasi awal misalnya, [C] M. Oleh karena HA
adalah asam monoprotik, [H+] = [A–] sehingga :
Pada rumus tersebut, konsentrasi awal HA dianggap tidak berubah atau
konsentrasi HA yang terionisasi dapat diabaikan karena relatif sangat
kecil dibandingkan dengan konsentrasi awal HA.
Contoh Soal Menghitung [H+]Asam Lemah (3) :
Tentukan [H+] yang terdapat dalam asam asetat 0,1 M. Diketahui Ka CH3COOH = 1,8 × 10–5.
Penyelesaian :
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik. Persamaan ionisasinya :
CH3COOH(aq) ↔ CH3COO–
(aq) + H+(aq)
[H+] = = = 1,34 × 10–3 M
Jadi, konsentrasi ion H+ dalam larutan CH3COOH 0,1 M adalah 1,34 × 10–3 M
Basa lemah adalah basa yang terionisasi sebagian. Sama seperti pada asam
lemah, dalam larutan basa lemah terjadi kesetimbangan di antara molekul
basa lemah dan ion-ionnya.
Keadaan kesetimbangan suatu basa lemah, misalnya BOH dapat dinyatakan sebagai berikut.
BOH ↔ B+ +
OH–
Tetapan kesetimbangan basa lemah atau tetapan ionisasi basa dilambangkan dengan Kb. Besarnya tetapan ionisasinya sebagai berikut.
Untuk basa monovalen berlaku hubungan seperti pada asam lemah. Rumusnya sebagai berikut.
Bunga Kembang Sepatu untuk Identifikasi Asam Basa
Larutan kembang sepatu dapat digunakan untuk menentukan sifat asam atau
basa pada suatu larutan kimia. Larutan kembang sepatu memiliki warna
merah keungu-unguan. Jika larutan kembang sepatu ditambahkan ke dalam
larutan asam sitrat (asam), warna campuran berubah menjadi warna merah
cerah. Adapun pada larutan soda kue (basa), warna campuran mula-mulanya
hijau kemudian berubah menjadi ungu.
Contoh Soal Menghitung [OH–] dari Basa Lemah (4) :
Hitunglah [OH–] yang terdapat dalam NH3 0,1 M. Diketahui Kb NH3
= 1,8 × 10–5.
Pembahasan :
Amonia adalah basa lemah monovalen. Persamaan ionisasinya:
NH3(aq) + H2O(l) ↔ NH4+(aq)
+ OH–(aq)
[OH–] = = = 1,34 × 10–3 M
Jadi, konsentrasi OH– dalam larutan NH3 0,1 M adalah 1,34 × 10–3 M.
2.3. Hubungan Derajat Ionisasi dan Tetapan Ionisasi
Bagaimana hubungan antara tetapan ionisasi asam lemah (Ka) dan derajat ionisasi (a)? Hubungan ini dapat dinyatakan dengan diagram kesetimbangan berikut.
Jika konsentrasi HA mula-mula C dan terionisasi sebanyak a, konsentrasi
HA yang terionisasi sebanyak aC. Adapun konsentrasi HA sisa sebanyak
C(1–a).
Oleh karena HA merupakan asam monoprotik maka konsentrasi H+ dan A– sama dengan HA terionisasi, yakni aC. Dengan demikian, tetapan ionisasi asamnya sebagai berikut.
Hubungan antara tetapan ionisasi basa lemah monovalen (Kb) dan derajat ionisasinya (a) sama seperti pada penjelasan asam lemah. Tetapan ionisasi basanya sebagai berikut.
Contoh Menghitung Ka dan a dari Asam Lemah (5) :
Senyawa HF merupakan asam lemah. Jika 0,1 mol HF dilarutkan dalam 1 liter larutan dan diketahui konsentrasi H+ = 0,0084 M. Tentukan nilai Ka dan a?
Jawaban :
Tetapan ionisasi HF adalah :
Derajat ionisasi HF dapat dihitung dengan rumus :
7,7 × 10–4 = 0,1
a2 + 0,0077 a – 0,0077 = 0
a = 8,4%
C. Penentuan pH Asam Basa
Konsentrasi ion H+ dan ion OH– hasil
ionisasi air sangat kecil maka untuk memudahkan perhitungan digunakan
notasi pH dan pOH. Notasi pH menyatakan derajat keasaman suatu larutan.
pH didefinisikan sebagai negatif logaritma konsentrasi molar ion H+ dan pOH sebagai negatif logaritma konsentrasi molar ion OH– . Dalam bentuk matematis ditulis sebagai :
pH = –log [H+] = log pH =
pOH = –log [OH–] = log pOH =
3.1. Perhitungan pH Asam dan Basa Kuat Monoprotik
Jika Anda melarutkan HCl 0,1 mol ke dalam air sampai volume larutan 1
liter, dihasilkan larutan HCl 0,1M. Berapakah pH larutan tersebut?
Derajat keasaman atau pH larutan ditentukan oleh konsentrasi ion H+ sesuai rumus pH = –log [H+]. Untuk mengetahui konsentrasi H+ dalam larutan perlu diketahui seberapa besar derajat ionisasi asam tersebut.
HCl tergolong asam kuat dan terionisasi sempurna membentuk ionionnya :
HCl(aq) → H+(aq)
+ Cl–(aq)
sehingga dalam larutan HCl 0,1 M terdapat [H+] = [Cl–] = 0,1 M.
Di samping itu, air juga memberikan sumbangan ion H+ dan OH– sebagai hasil ionisasi air, masing-masing sebesar 1,0 × 10–7 M.
H2O(l) ↔ H+(aq) + OH–(aq)
Jika konsentrasi H+ hasil ionisasi air dibandingkan dengan konsentrasi H+ hasil ionisasi HCl, sumbangan H+ dari air sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Apalagi jika ditinjau dari prinsip Le Chatelier, penambahan ion H+ (HCl) ke dalam air akan menggeser posisi kesetimbangan air ke arah pembentukan molekul air.
H2O(l) ← H+(aq) + OH–(aq)
Dengan demikian, pH larutan HCl 0,1M hanya ditentukan oleh konsentrasi ion H+ dari HCl.
pH (HCl 0,1M) = –log [H+] = – log (1 × 10–1) = 1.
Contoh Soal Menghitung pH Larutan Asam Kuat (6) :
Hitunglah pH dari :
(a) HNO3 0,5 M;
(b) HCl 1,0 × 10–10 M.
Pembahasan :
a. Oleh karena HNO3 asam kuat maka HNO3 terionisasi sempurna. Spesi yang ada dalam larutan adalah: H+, NO3–
, OH– dan H2O. Ion H+ dan OH– dari ionisasi air dapat diabaikan, sebab ion H+ dari HNO3 akan menggeser posisi kesetimbangan ionisasi air. Jadi, dalam larutan HNO3, konsentrasi H+ hanya ditentukan oleh hasil ionisasi HNO3. pH (HNO3 0,5 M) = –log (0,5) = 0,3.
b. Dalam larutan HCl 1,0 × 10–10 M, spesi yang ada dalam larutan adalah H+, Cl–,
OH–, dan H2O. Pada kasus ini, konsentrasi H+ dari HCl sangat kecil dibandingkan konsentrasi H+ dari hasil ionisasi air, yaitu 1,0 × 10–7 sehingga H+ dari HCl dapat diabaikan. Dengan demikian, pH larutan hanya ditentukan oleh konsentrasi H+ dari hasil ionisasi air: pH (HCl 1,0 × 10–10 M) = – log (1,0 × 10–7) = 7. Sebenarnya, pH larutan lebih kecil dari 7 karena ada pergeseran kesetimbangan ionisasi air, akibat penambahan ion H+ dari HCl.
Basa kuat seperti NaOH dan KOH, jika dilarutkan dalam air akan
terionisasi sempurna dan bersifat elektrolit kuat. Persamaan ionnya :
NaOH(aq) → Na+(aq)
+ OH–(aq)
Berapakah pH larutan basa kuat NaOH 0,01 M? Untuk mengetahui hal ini,
perlu ditinjau spesi apa saja yang terdapat dalam larutan NaOH 0,01M.
Oleh karena NaOH adalah basa kuat maka dalam larutan NaOH 0,01 M akan terdapat [Na+] = [OH–] = 0,01 M. Disamping itu, ionisasi air juga memberikan sumbangan [H+] = [OH ] = 1,0 × 10–7 M.
Penambahan ion OH– (NaOH) ke dalam air akan menggeser posisi kesetimbangan ionisasi air sehingga sumbangan OH– dan H+ dari
air menjadi lebih kecil dan dapat diabaikan. Dengan demikian,
perhitungan pH larutan hanya ditentukan oleh konsentrasi ion OH– dari NaOH melalui hubungan pKw = pH + pOH.
pH = pKw – pOH =
14 + log (1 × 10–2) = 12
Air Hujan Bersifat Asam
Penyebab utama hujan asam adalah pembuangan limbah dari industri dan
asap knalpot kendaraan bermotor yang mengandung sulfur dioksida (SO2). Gas ini teroksidasi di udara menjadi sulfur trioksida (SO3), kemudian bereaksi dengan uap air menghasilkan H2SO4. Polutan lainnya adalah nitrogen dioksida (NO2) yang dihasilkan dari reaksi antara N2 dan O2 pada pembakaran batubara. Senyawa NO2 ini larut dalam air membentuk HNO3. Selain itu, adanya CO2 terlarut dalam air hujan menyebabkan air hujan pada saat normal bersifat asam dengan pH sekitar 5,6.
Hujan asam memberikan dampak negatif bagi tanaman, di antaranya dapat
menghalangi perkecambahan dan reproduksi yang secara langsung akan
meracuni tunas yang halus berikut akarnya. Adapun efek hujan asam pada
hewan, contohnya pada sistem akuatik, hujan asam dapat menghambat
pertumbuhan ikan karena mengganggu metabolismenya. (Sumber: Chemistry
(Chang), 2004)
Contoh Menghitung pH Larutan Basa Kuat (7) :
Hitunglah pH larutan Mg(OH)2 0,01 M?
Penyelesaian :
Oleh karena Mg(OH)2 basa kuat divalen maka dalam air akan terionisasi sempurna.
Mg(OH)2(aq) → Mg2+(aq)
+ 2OH– (aq)
Setiap mol Mg(OH)2 menghasilkan 2 mol ion OH– maka OH– hasil ionisasi air dari 0,01 Mg(OH)2 terbentuk [OH–] = 0,02 M. Karena sumbangan OH– dari ionisasi air sangat kecil maka dapat diabaikan. Dengan demikian, pH larutan dapat ditentukan dari konsentrasi OH– melalui persamaan pKw.
pKw = pH + pOH
14 = pH + log (2 × 10–2)
pH = 14 – 1,7 = 12,3
3.2. Perhitungan pH Asam dan Basa Lemah Monoprotik
Seperti telah diuraikan sebelumnya, konsentrasi ion-ion dalam larutan asam lemah ditentukan oleh nilai tetapan ionisasi asam (Ka).
Untuk asam monoprotik, pH larutan asam lemah dapat ditentukan dari persamaan berikut.
pH = –log ()
Demikian juga untuk basa lemah, konsentrasi ion OH– dalam larutan basa lemah ditentukan oleh tetapan ionisasi basa (Kb).
Untuk basa monovalen, pH larutan basa lemah dapat dihitung dari persamaan berikut.
pH = pKw + log ()
Contoh Soal Menghitung pH Larutan Asam Lemah (8) :
Asam hipoklorit (HClO) adalah asam lemah yang dipakai untuk desinfektan
dengan Ka = 3,5 × 10-–8. Berapakah pH larutan asam hipoklorit 0,1 M?
Penyelesaian :
Dalam air, HClO terionisasi sebagian membentuk kesetimbangan dengan ion-ionnya.
HClO(aq) ↔ H+(aq)
+ OCl–(aq) Ka
= 3,5 × 10–8
Demikian juga air akan terionisasi membentuk keadaan kesetimbangan.
H2O(l) ↔ H+(aq) + OH–(aq)
Kw = 1,0 ×
10–14
Karena konsentrasi ion H+ dari HClO lebih tinggi maka ion H+ dari air dapat diabaikan.
Jadi, pH larutan ditentukan oleh konsentrasi ion H+ dari hasil ionisasi HClO. Karena HClO merupakan asam monoprotik maka dapat menerapkan persamaan untuk menentukan pH larutan.
pH = –log () = 4,23
Contoh Soal Menghitung pH Larutan Basa Lemah (9) :
Hitunglah pH larutan NH3 15 M (Kb = 1,8 × 10–5).
Pembahasan :
NH3 adalah basa lemah. NH3 dalam larutan air akan membentuk kesetimbangan dengan ion-ionnya.
NH3(aq) + H2O(l) ↔ NH4+(aq)
+ OH–(aq) Kb
= 1,8 × 10–5
H2O(l) ↔ H+(aq) + OH–(aq) Kw = 1,0 × 10–14
Sumbangan OH– dari air dapat diabaikan karena Kb >>Kw.
Perhatikan konsentrasi awal dan konsentrasi setelah tercapai kesetimbangan berikut.
Konsentrasi Awal (mol L–1)
|
Konsentrasi Kesetimbangan(mol L–1)
|
|
[NH3]0 =
15,0
|
[NH3] = 15,0 – x
|
|
[NH4+]0 =
0
|
X
mol L-1 NH3 bereaksi
|
[NH4+]
= x
|
→
|
||
[OH–]0 =
0
|
[OH–] = x
|
Konsentrasi ion-ion dalam kesetimbangan dapat dihitung dari persamaan Kb.
Catatan: nilai x pada penyebut dapat diabaikan.
Dengan demikian, x = [OH–] = 1,6 × 10–2 M
Nilai pH dihitung berdasarkan hubungannya dengan Kw melalui pKw = pH + pOH.
pH = 14 + log (1,6 × 10–2) = 12,2
Karena NH3 adalah basa monovalen maka nilai pH dapat juga dihitung dari persamaan berikut.
pH = pKw + log (Kb × C) = 14 + log () = 12,2
Contoh Soal UNAS 2003 :
Suatu asam lemah LOH mempunyai pH = 10 + log 5, Kb LOH) = 2,5 × 10–5, maka konsentrasi basa tersebut adalah ....
A. 0,01 M
B. 0,02 M
C. 0,03 M
D. 0,04 M
E. 0,05 M
Pembahasan :
Untuk basa berlaku :
pH = 14 – pOH
pOH = 14 – pH = 14 – (10 + log 5) = 4 – log 5 = – (log 5 – 4) = – (log 5 + log 10–4)
pOH = – log 5 > 10–14
karena pOH = – log [OH–] maka :
– log[OH–] = – log (5 × 10–4)
[OH–] = 5 × 10–4
[OH–] = → Kb
[OH–] = 2,5 × 10–5
5 × 10–4 = (2,5 × 10–5) Mb
Mb = = 10 × 10–3 = 10–2 = 0,01 M
Jadi, jawabannya (D).
3.3. Perhitungan pH Asam dan Basa Poliprotik
Apakah yang dimaksud dengan asam poliprotik? Asam-asam seperti H2SO4,
H2CO3, H2C2O4, dan H3PO4 tergolong
asam poliprotik. Berdasarkan contoh tersebut, Anda dapat menyimpulkan
bahwa asam poliprotik adalah asam yang dapat melepaskan lebih dari satu
proton (ion H+).
Di dalam air, asam-asam tersebut melepaskan proton secara bertahap dan
pada setiap tahap hanya satu proton yang dilepaskan. Jumlah proton yang
dilepaskan bergantung pada kekuatan asamnya.
Untuk asam-asam kuat seperti H2SO4,
pelepasan proton yang pertama sangat besar, sedangkan pelepasan proton
kedua relatif kecil dan berkesetimbangan. Asam-asam lemah seperti H2CO3, pelepasan proton pertama dan kedua relatif kecil dan berkesetimbagan.
Tinjaulah asam lemah diprotik, misalnya H2CO3, Di dalam air, H2CO3 terionisasi membentuk kesetimbangan. Persamaannya :
Oleh karena ada dua tahap ionisasi maka ada dua harga tetapan kesetimbangan, ditandai dengan Ka1 dan Ka2,
dimana Ka1 >> Ka2. Beberapa asam poliprotik dan tetapan ionisasinya ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2. Tetapan Ionisasi pada Beberapa Asam Poliprotik
Tabel 2. Tetapan Ionisasi pada Beberapa Asam Poliprotik
Zat
|
Rumus
|
K a1
|
K a2
|
K a3
|
Asam
fosfat
|
H3PO4
|
7,5 × 10–3
|
6,2 × 10–8
|
4,8 × 10–13
|
Asam
arsenat
|
H3AsO4
|
5,0 × 10–3
|
8,0 × 10–8
|
6,0 × 10–10
|
Asam
sulfat
|
border-top: none; height: 15.1pt;
mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid
windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm
5.4pt 0cm 5.4pt; width: 68.95pt;" width="92">
a. Asam Fosfat (H3PO4)
Asam fosfat tergolong asam triprotik yang terionisasi dalam tiga tahap. Persamaan reaksi ionisasinya adalah sebagai berikut.
Berdasarkan nilai tetapan ionisasinya, dapat diprediksi bahwa ionisasi tahap pertama sangat besar dan ionisasi berikutnya sangat kecil, seperti ditunjukkan oleh nilai Ka, dimana Ka1 >> Ka2 >> Ka3.
H2SO4
Besar
1,2 × 10–2
Asam
sulfit
H2SO3
1,5 × 10–2
1,0 × 10-7
Asam
oksalat
H2C2O4
6,5 × 10–2
6,1 × 10–7
Asam
karbonat
H2CO3
4,3 × 10–7
4,8 × 10–11
Sumber :
General Chemistry, 1990
a. Asam Fosfat (H3PO4)
Asam fosfat tergolong asam triprotik yang terionisasi dalam tiga tahap. Persamaan reaksi ionisasinya adalah sebagai berikut.
Berdasarkan nilai tetapan ionisasinya, dapat diprediksi bahwa ionisasi tahap pertama sangat besar dan ionisasi berikutnya sangat kecil, seperti ditunjukkan oleh nilai Ka, dimana Ka1 >> Ka2 >> Ka3.
Asam poliprotik dapat melepaskan lebih dari satu atom H.
Contoh Soal Menentukan pH Asam Fosfat (10) :
Berapakah pH larutan H3PO4 5 M? Berapakah konsentrasi masing-masing spesi dalam larutan?
Jawaban :
Karena Ka2 dan Ka3 relatif sangat kecil maka spesi utama yang terdapat dalam larutan adalah hasil ionisasi tahap pertama.
H3PO4(aq) ↔ H+(aq) + H2PO4 –(aq)
dengan
Ka1 = 7,5 × 10–3 =
Dengan menerapkan Hukum-Hukum Kesetimbangan Kimia maka konsentrasi masing-masing spesi :
Ka1 = 7,5 × 10–3 =
Contoh Soal Menentukan pH Asam Fosfat (10) :
Berapakah pH larutan H3PO4 5 M? Berapakah konsentrasi masing-masing spesi dalam larutan?
Jawaban :
Karena Ka2 dan Ka3 relatif sangat kecil maka spesi utama yang terdapat dalam larutan adalah hasil ionisasi tahap pertama.
H3PO4(aq) ↔ H+(aq) + H2PO4 –(aq)
dengan
Ka1 = 7,5 × 10–3 =
Dengan menerapkan Hukum-Hukum Kesetimbangan Kimia maka konsentrasi masing-masing spesi :
Konsentrasi
Awal
(mol L–1)
|
Konsentrasi
Setimbang
(mol L–1)
|
[H3PO4]0
= 5
|
[H3PO4]
= 5 – x
|
[H2PO4]0
= 0
|
[H2PO4]
= x
|
[H+]0
≈ 0
|
[H+]
= x
|
Ka1 = 7,5 × 10–3 =
Nilai x ≈ 0,19.
Karena nilai x relatif kecil dibandingkan nilai 5 maka dapat diabaikan.
[H+] = x = 0,19 M, dan pH = 0,72.
Dari persamaan Ka1, diketahui bahwa [H2PO4–] = [H+] = 0,19 M sehingga,
[H3PO4] = 5 – x = 4,81 M.
Konsentrasi H2PO4 2- dapat ditentukan dari persamaan Ka2.
Ka2 = 6,2 × 10–8 =
dengan [H+] = [H2PO4–] = 0,19 M.
Jadi, [HPO42–] = Ka2 = 6,2 × 10–8 M.
Konsentrasi [PO43–] dapat ditentukan dari persamaan Ka3, dengan nilai [H+] dan [HPO42–] diperoleh dari perhitungan sebelumnya.
Ka3 = 4,8 x 10–13 =
[PO43–] = 19 1,6 × 10–19 M
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa :
Konsentrasi spesi asam fosfat dalam larutan: H3PO4 >> H2PO4– >> HPO42– . Artinya, hanya ionisasi tahap pertama yang memberikan sumbangan utama pada pembentukan [H+]. Hal ini dapat menyederhanakan perhitungan pH untuk larutan asam fosfat. Contoh Soal 10. memberikan petunjuk bahwa ionisasi tahap kedua dan ketiga tidak memberikan sumbangan [H+] yang bermakna. Hal ini disebabkan [HPO42–] adalah 6,2 × 10–8 M, artinya hanya 6,2 × 10–8 mol per liter H2PO4 yang terbentuk, bahkan dapat lebih kecil dari itu. Walaupun demikian, Anda harus menggunakan ionisasi tahap kedua dan ketiga untuk menghitung [HPO42–] dan [PO43–] karena kedua tahap ionisasi ini merupakan sumber utama ion-ion tersebut.
Instalasi Pengolahan Air Gambut
Penduduk yang tinggal di daerah pasang surut dan daerah rawa di Sumatra dan Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air bersih terutama untuk minum. Hal ini disebabkan karena sumber air yang terdapat di daerah tersebut adalah air gambut yang berwarna cokelat yang bersifat asam. Warna cokelat air gambut berasal dari zat-zat humus yang terdapat pada tanah dan gambut. Sifat asam air gambut disebabkan oleh adanya tanah lempung mengandung sulfida (S2–). Sulfida ini akan teroksidasi menjadi asam sulfat (H2SO4).
Oleh karena kebutuhan air minum sangat penting maka diperlukan penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan air gambut yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, air gambut dapat diolah menjadi air minum dengan alat dan proses konvensional, yaitu koagulasi, filtrasi, dan desinfektan. (Sumber: www.pu.go.id)
b. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat berbeda dari asam-asam poliprotik yang lain karena asam sulfat merupakan asam kuat pada ionisasi tahap pertama, tetapi merupakan asam lemah pada ionisasi tahap kedua:
HSO4–(aq)
↔ H+(aq) + SO42–(aq) Ka2 = 1,2 × 10–2
Sebagai gambaran, pada Contoh Soal 11. ditunjukkan cara menghitung pH larutan asam sulfat.
Contoh Soal Menentukan pH H2SO4 Encer (11)
Berapakah pH larutan H2SO4 0,01 M?
Pembahasan :
Ionisasi tahap pertama:
H2SO4(aq) → H+(aq) + HSO4–(aq)
Tahap ionisasi ini dapat dianggap sempurna sehingga konsentrasi [H+] = [HSO4–] =0,01 M.
Ionisasi HSO4– membentuk kesetimbangan berikut.
HSO4–(aq) ↔ SO42– (aq) + H+(aq)
Persamaan tetapan kesetimbangan Ka2 :
Ka2 =
Pada persamaan tersebut, nilai x relatif besar sehingga tidak dapat diabaikan. Besar kecilnya nilai x dapat dilihat dari nilai tetapan ionisasi. Jika nilai Ka besar, nilai x juga besar.
Penataan persamaan tetapan ionisasi menghasilkan persamaan kuadrat berikut.
x2 + (2,2 × 10–2) x – (1,2 × 10–4) = 0
Penyelesaian persamaan kuadrat dengan rumus abc diperoleh:
x = 4,5 × 10–3
Nilai pH ditentukan oleh jumlah konsentrasi H+ dalam kedua tahap.
[H+] = 0,01 + x = 0,01 + 0,0045 = 0,0145 M
pH larutan H2SO4 0,01M = –log [H+] = 1,84.
Dengan demikian, dalam larutan H2SO4 0,01 M, nilai pH akan lebih rendah dari 2, ini disebabkan H2SO4 tidak terionisasi sempurna.
D. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry dan Lewis
Teori asam basa Arrhenius berhasil menjelaskan beberapa senyawa asam atau basa, tetapi teori tersebut masih memiliki keterbatasan, di antaranya senyawa asam dan basa hanya berlaku di dalam pelarut air, pembentukan ion H+ atau OH– adalah ciri khas asam basa. Jika dalam suatu reaksi tidak membentuk ion H+ atau OH–, reaksi tersebut tidak dapat dikatakan sebagai reaksi asam atau basa.
4.1. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry
Fakta menunjukkan, banyak reaksi asam basa yang tidak melalui pembentukan ion H+ atau OH–, misalnya reaksi antara HCl(g) dan NH3(g). Persamaannya :
HCl(g) + NH3(g) → NH4Cl(s)
Menurut Arrhenius, reaksi HCl dan NH3 dalam fasa gas tidak dapat dikategorikan sebagai reaksi asam basa karena tidak membentuk ion H+ dan OH–, padahal kedua senyawa itu adalah asam dan basa. Akibat keterbatasan teori Arrhenius, pada 1923, Johanes Bronsted dan Thomas Lowry mengemukakan teori asam basa berdasarkan transfer proton (ion H+).
Menurut Bronsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer proton, asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton, sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor proton. Proton (ion H+) dalam air tidak berdiri sendiri melainkan terikat pada molekul air karena atom O pada molekul H2O memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan untuk berikatan kovalen koordinasi dengan proton membentuk ion hidronium, H3O+. Persamaan reaksinya :
H2O(l) + H+(aq) → H3O+(aq)
Teori asam-basa Bronsted-Lowry dapat diterapkan terhadap reaksi HCl dan NH3. Dalam fasa gas, HCl dan NH3 tidak terionisasi karena keduanya molekul kovalen yang tergolong reaksi asam basa.
Pada reaksi tersebut, molekul HCl bertindak sebagai donor proton (asam), dan molekul NH3 bertindak sebagai akseptor proton (basa). Menurut Bronsted-Lowry, reaksi asam basa yang melibatkan transfer proton membentuk keadaan kesetimbangan. Contoh reaksi antara NH3 dan H2O , arah panah menunjukkan bahwa proton menerima pasangan elektron bebas dari NH3 , dan ikatan N–H terbentuk. persamaan reaksinya sebagai berikut.
NH3(aq) + H2O(l) ↔ NH4+(aq) + OH–(aq)
Reaksi ke kanan, NH3 menerima proton dari H2O. Jadi, NH3 adalah basa dan H2O adalah asam. Pada reaksi kebalikannya, NH4+ donor proton terhadap OH–. Oleh sebab itu, ion NH4+ adalah asam dan ion OH– adalah basa. Spesi NH3 dan NH4+ berbeda dalam hal jumlah protonnya. NH3 menjadi ion NH4+ melalui pengikatan proton, sedangkan ion NH4+ menjadi NH3 melalui pelepasan proton. Spesi NH4+ dan NH3 seperti ini dinamakan pasangan konjugat asam basa.
Pasangan konjugat asam basa terdiri atas dua spesi yang terlibat dalam reaksi asam basa, satu asam dan satu basa yang dibedakan oleh penerimaan dan pelepasan proton. Asam pada pasangan itu dinamakan asam konjugat dari basa, sedangkan basa adalah basa konjugat dari asam. Jadi, NH4+ adalah asam konjugat dari NH3 dan NH3 adalah basa konjugat dari NH4+.
Menurut Bronsted-Lowry, kekuatan asam basa konjugat adalah kebalikannya.
Jika suatu senyawa merupakan asam kuat, basa konjugatnya adalah basa
lemah. Kekuatan asam basa konjugat dapat digunakan untuk meramalkan arah
reaksi asam basa. Suatu reaksi asam basa akan terjadi jika hasil
reaksinya merupakan asam lebih lemah atau basa lebih lemah. Dengan kata
lain, reaksi akan terjadi ke arah pembentukan spesi yang lebih lemah.
Tabel 3. Kekuatan Asam dan Basa Konjugat
Contoh Soal Kekuatan Asam Basa Konjugat (12) :
Perhatikan reaksi berikut.
SO42–(aq) + HCN(aq) ↔ HSO4– (aq) + CN–(aq)
Ke arah manakah reaksi akan terjadi?
Pembahasan :
Jika kekuatan asam HCN dan HSO4– dibandingkan, terlihat bahwa HCN adalah asam yang lebih lemah. Selain itu, kekuatan basa antara SO42– dan CN– terlihat bahwa SO42– lebih lemah.
Oleh karena itu, reaksi akan terjadi dari arah kanan ke arah kiri persamaan kimia.
HSO4– (aq) + CN–(aq) → SO42– (aq) + HCN(aq)
Contoh Soal UNAS 2003 :
Pasangan asam basa konjugasi dari reaksi :
HSO4–(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + SO42–(aq)
adalah ....
Pembahasan :
Pasangan asam basa konjugasinya :
HSO4–(aq) dengan SO42–(aq) dan H2O(l) dengan H3O+(aq).
Jadi, jawabannya (E).
Berdasarkan kekuatan asam basa konjugat, suatu spesi dapat berperan sebagai asam maupun sebagai basa bergantung pada jenis pereaksinya. Spesi seperti ini disebut ampiprotik.
Contoh :
Reaksi antara ion HCO3– dan HF serta reaksi antara ion HCO3– dan ion OH–, persamaan kimianya:
Pada reaksi (1), ion HCO3– menerima proton dari HF maka ion HCO3– bertindak sebagai basa. Pada reaksi (2), HCO3– memberikan proton kepada ion OH– maka ion HCO3– bertindak sebagai asam. Jadi, ion HCO3– dapat bertindak sebagai asam dan juga bertindak sebagai basa. Spesi seperti ini dinamakan ampiprotik.
Contoh Soal Asam Basa Menurut Bronsted-Lowry (13) :
Pada persamaan reaksi berikut, tentukan spesi manakah yang bertindak sebagai asam atau basa. Tunjukkan pasangan asam basa konjugatnya?
Jawaban :
(a) Ruas kiri persamaan, HF adalah donor proton, di ruas kanan, H2CO3 sebagaidonor proton. Jadi, akseptor proton adalah HCO3– (kiri) dan F– (kanan).
Dengan diketahuinya donor dan akseptor proton, asam dan basa dapat ditentukan.
Pada reaksi ini, H2CO3 dan HCO3– adalah pasangan konjugat asam basa. Demikian juga, pasangan HF dan F–.
(b) Dengan cara yang sama, asam dan basa dapat ditentukan.
Pada reaksi ini, HCO3– dan CO32– adalah pasangan konjugat asam-basa. Demikian juga, H2O dan OH– . Walaupun HCO3– berfungsi sebagai suatu asam dalam reaksi (b), tetapi pada reaksi (a) berfungsi sebagai basa. Jadi, HCO3– tergolong ampiprotik.
4.2. Teori Asam Basa Lewis
Beberapa reaksi tertentu mempunyai sifat reaksi asam-basa, tetapi tidak cocok dengan teori Bronsted-Lowry maupun teori Arrhenius. Misalnya, reaksi antara oksida basa Na2O dan oksida asam SO3 membentuk garam Na2SO4. Persamaannya:
Na2O(s) + SO3(g) → Na2SO4(s)
Menurut Lewis, konsep asam dan basa secara umum mencakup reaksi oksida asam dan oksida basa, termasuk reaksi transfer proton. Menurut Lewis, asam adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor pasangan elektron bebas dari spesi lain membentuk ikatan kovalen koordinasi. Basa adalah spesi yang bertindak sebagai donor pasangan elektron bebas kepada spesi lain membentuk ikatan kovalen koordinat.
Reaksi Na2O dan SO3 melibatkan reaksi ion oksida, yaitu O2– dari padatan ionik Na2O dan gas SO3. Reaksinya sebagai berikut.
Pada reaksi di atas, Na2O bertindak sebagai donor pasangan elektron bebas (basa) dan SO3 sebagai akseptor pasangan elektron bebas (asam).
Tinjau reaksi antara NH3 dan BF3. Reaksi ini merupakan reaksi asam basa menurut Lewis. Persamaan reaksinya:
NH3(g) + BF3(g) → H3N–BF3(s)
Dalam reaksi tersebut, BF3 bertindak sebagai akspetor pasangan elektron bebas (asam) dan NH3 sebagai donor pasangan elektron bebas (basa).
Contoh Soal Asam Basa Lewis (14) :
Pada reaksi berikut, tentukan asam dan basa menurut Lewis.
B(OH)3(s) + H2O(l) ↔ B(OH)4–(aq) + H+(aq)
Jawaban :
Tuliskan setiap spesi ke dalam bentuk rumus Lewis, kemudian tentukan akseptor dan donor pasangan elektron bebasnya.
Reaksinya adalah :
Rangkuman :
1. Menurut teori Arrhenius, asam adalah zat yang di dalam larutan air dapat melepaskan ion H+, sedangkan basa adalah zat yang di dalam larutan air dapat melepaskan ion OH–.
2. Konsentrasi H+ dan OH– dalam larutan dinyatakan dengan pH dan pOH, dengan rumus :
pH = –log [H+] dan pOH = –log [OH–].
3. Hubungan pH dan pOH dinyatakan melalui tetapan ionisasi air, yaitu:
pKw = pH + pOH = 14.
4. Asam dan basa kuat adalah asam basa yang terionisasi sempurna di dalam air: Konsentrasi H+ atau OH– dalam larutan asam-basa kuat sama dengan konsentrasi asam dan basa semula :
[H+] = [HX] dan [OH–] = [MOH]
5. Asam dan basa lemah terionisasi sebagian di dalam air dan membentuk kesetimbangan. Tetapan kesetimbangan ionisasinya sebagai berikut.
dan
6. Konsentrasi H+ dan OH– dalam larutan asam dan basa lemah sesuai rumus berikut.
dan
7. Kekuatan ionisasi asam basa dinyatakan dengan derajat ionisasi (a), dirumuskan sebagai berikut.
8. Hubungan derajat ionisasi dan tetapan ionisasi asam dan basa lemah dinyatakan dengan persamaan :
dan
9. Asam poliprotik adalah asam yang dapat melepaskan lebih dari satu proton dan terionisasi secara bertahap.
10. Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah zat yang bertindak sebagai donor proton, sedangkan basa adalah sebagai akseptor proton.
11. Bronsted-Lowry juga menyatakan bahwa pasangan asam basa yang terlibat dalam transfer proton dinamakan pasangan konjugat asam basa.
12. Menurut Lewis, asam adalah spesi yang bertindak selaku akseptor pasangan elektron bebas, sedangkan basa selaku donor pasangan elektron bebas membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Anda sekarang sudah mengetahui Asam dan Basa. Terima kasih anda sudah berkunjung
Referensi :
Sunarya, Y. dan A. Setiabudi. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia 2 : Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 250.
Karena nilai x relatif kecil dibandingkan nilai 5 maka dapat diabaikan.
[H+] = x = 0,19 M, dan pH = 0,72.
Dari persamaan Ka1, diketahui bahwa [H2PO4–] = [H+] = 0,19 M sehingga,
[H3PO4] = 5 – x = 4,81 M.
Konsentrasi H2PO4 2- dapat ditentukan dari persamaan Ka2.
Ka2 = 6,2 × 10–8 =
dengan [H+] = [H2PO4–] = 0,19 M.
Jadi, [HPO42–] = Ka2 = 6,2 × 10–8 M.
Konsentrasi [PO43–] dapat ditentukan dari persamaan Ka3, dengan nilai [H+] dan [HPO42–] diperoleh dari perhitungan sebelumnya.
Ka3 = 4,8 x 10–13 =
[PO43–] = 19 1,6 × 10–19 M
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa :
[H3PO4] = 4,8 M
[H2PO4–] = [H+]
= 0,19 M
[HPO42–] = 6,2 × 10–8 M
[PO43–]
= 1,6 × 10–19 M.Konsentrasi spesi asam fosfat dalam larutan: H3PO4 >> H2PO4– >> HPO42– . Artinya, hanya ionisasi tahap pertama yang memberikan sumbangan utama pada pembentukan [H+]. Hal ini dapat menyederhanakan perhitungan pH untuk larutan asam fosfat. Contoh Soal 10. memberikan petunjuk bahwa ionisasi tahap kedua dan ketiga tidak memberikan sumbangan [H+] yang bermakna. Hal ini disebabkan [HPO42–] adalah 6,2 × 10–8 M, artinya hanya 6,2 × 10–8 mol per liter H2PO4 yang terbentuk, bahkan dapat lebih kecil dari itu. Walaupun demikian, Anda harus menggunakan ionisasi tahap kedua dan ketiga untuk menghitung [HPO42–] dan [PO43–] karena kedua tahap ionisasi ini merupakan sumber utama ion-ion tersebut.
Instalasi Pengolahan Air Gambut
Penduduk yang tinggal di daerah pasang surut dan daerah rawa di Sumatra dan Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air bersih terutama untuk minum. Hal ini disebabkan karena sumber air yang terdapat di daerah tersebut adalah air gambut yang berwarna cokelat yang bersifat asam. Warna cokelat air gambut berasal dari zat-zat humus yang terdapat pada tanah dan gambut. Sifat asam air gambut disebabkan oleh adanya tanah lempung mengandung sulfida (S2–). Sulfida ini akan teroksidasi menjadi asam sulfat (H2SO4).
Oleh karena kebutuhan air minum sangat penting maka diperlukan penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan air gambut yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, air gambut dapat diolah menjadi air minum dengan alat dan proses konvensional, yaitu koagulasi, filtrasi, dan desinfektan. (Sumber: www.pu.go.id)
b. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat berbeda dari asam-asam poliprotik yang lain karena asam sulfat merupakan asam kuat pada ionisasi tahap pertama, tetapi merupakan asam lemah pada ionisasi tahap kedua:
H2SO4(aq) → H+(aq) + HSO4–(aq)
Ka1 sangat besar
Sebagai gambaran, pada Contoh Soal 11. ditunjukkan cara menghitung pH larutan asam sulfat.
Contoh Soal Menentukan pH H2SO4 Encer (11)
Berapakah pH larutan H2SO4 0,01 M?
Pembahasan :
Ionisasi tahap pertama:
H2SO4(aq) → H+(aq) + HSO4–(aq)
Tahap ionisasi ini dapat dianggap sempurna sehingga konsentrasi [H+] = [HSO4–] =0,01 M.
Ionisasi HSO4– membentuk kesetimbangan berikut.
HSO4–(aq) ↔ SO42– (aq) + H+(aq)
Persamaan tetapan kesetimbangan Ka2 :
Ka2 =
Pada persamaan tersebut, nilai x relatif besar sehingga tidak dapat diabaikan. Besar kecilnya nilai x dapat dilihat dari nilai tetapan ionisasi. Jika nilai Ka besar, nilai x juga besar.
Penataan persamaan tetapan ionisasi menghasilkan persamaan kuadrat berikut.
x2 + (2,2 × 10–2) x – (1,2 × 10–4) = 0
Penyelesaian persamaan kuadrat dengan rumus abc diperoleh:
x = 4,5 × 10–3
Nilai pH ditentukan oleh jumlah konsentrasi H+ dalam kedua tahap.
[H+] = 0,01 + x = 0,01 + 0,0045 = 0,0145 M
pH larutan H2SO4 0,01M = –log [H+] = 1,84.
Dengan demikian, dalam larutan H2SO4 0,01 M, nilai pH akan lebih rendah dari 2, ini disebabkan H2SO4 tidak terionisasi sempurna.
D. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry dan Lewis
Teori asam basa Arrhenius berhasil menjelaskan beberapa senyawa asam atau basa, tetapi teori tersebut masih memiliki keterbatasan, di antaranya senyawa asam dan basa hanya berlaku di dalam pelarut air, pembentukan ion H+ atau OH– adalah ciri khas asam basa. Jika dalam suatu reaksi tidak membentuk ion H+ atau OH–, reaksi tersebut tidak dapat dikatakan sebagai reaksi asam atau basa.
4.1. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry
Fakta menunjukkan, banyak reaksi asam basa yang tidak melalui pembentukan ion H+ atau OH–, misalnya reaksi antara HCl(g) dan NH3(g). Persamaannya :
HCl(g) + NH3(g) → NH4Cl(s)
Menurut Arrhenius, reaksi HCl dan NH3 dalam fasa gas tidak dapat dikategorikan sebagai reaksi asam basa karena tidak membentuk ion H+ dan OH–, padahal kedua senyawa itu adalah asam dan basa. Akibat keterbatasan teori Arrhenius, pada 1923, Johanes Bronsted dan Thomas Lowry mengemukakan teori asam basa berdasarkan transfer proton (ion H+).
Menurut Bronsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer proton, asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton, sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor proton. Proton (ion H+) dalam air tidak berdiri sendiri melainkan terikat pada molekul air karena atom O pada molekul H2O memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan untuk berikatan kovalen koordinasi dengan proton membentuk ion hidronium, H3O+. Persamaan reaksinya :
H2O(l) + H+(aq) → H3O+(aq)
Teori asam-basa Bronsted-Lowry dapat diterapkan terhadap reaksi HCl dan NH3. Dalam fasa gas, HCl dan NH3 tidak terionisasi karena keduanya molekul kovalen yang tergolong reaksi asam basa.
HCl(g)
|
+
|
NH3(g)
|
→
|
NH4Cl(s)
|
Asam
|
Basa
|
Garam
|
Pada reaksi tersebut, molekul HCl bertindak sebagai donor proton (asam), dan molekul NH3 bertindak sebagai akseptor proton (basa). Menurut Bronsted-Lowry, reaksi asam basa yang melibatkan transfer proton membentuk keadaan kesetimbangan. Contoh reaksi antara NH3 dan H2O , arah panah menunjukkan bahwa proton menerima pasangan elektron bebas dari NH3 , dan ikatan N–H terbentuk. persamaan reaksinya sebagai berikut.
NH3(aq) + H2O(l) ↔ NH4+(aq) + OH–(aq)
Reaksi ke kanan, NH3 menerima proton dari H2O. Jadi, NH3 adalah basa dan H2O adalah asam. Pada reaksi kebalikannya, NH4+ donor proton terhadap OH–. Oleh sebab itu, ion NH4+ adalah asam dan ion OH– adalah basa. Spesi NH3 dan NH4+ berbeda dalam hal jumlah protonnya. NH3 menjadi ion NH4+ melalui pengikatan proton, sedangkan ion NH4+ menjadi NH3 melalui pelepasan proton. Spesi NH4+ dan NH3 seperti ini dinamakan pasangan konjugat asam basa.
Pasangan konjugat asam basa terdiri atas dua spesi yang terlibat dalam reaksi asam basa, satu asam dan satu basa yang dibedakan oleh penerimaan dan pelepasan proton. Asam pada pasangan itu dinamakan asam konjugat dari basa, sedangkan basa adalah basa konjugat dari asam. Jadi, NH4+ adalah asam konjugat dari NH3 dan NH3 adalah basa konjugat dari NH4+.
Gambar 1. Atom O memiliki pasangan elektron besar sehingga dapat membentuk ion hidronium. |
Gambar 2. Pasangan konjugat asam basa: NH4 + dan NH3; H2O dan OH–. |
Asam
|
Basa
Konjugat
|
||
Asam paling kuat
|
HClO4
|
ClO4–
|
Basa paling lemah
|
HI
|
I–
|
||
HBr
|
Br–
|
||
HCl
|
Cl–
|
||
H2SO4
|
HSO4–
|
||
HNO3
|
NO3–
|
||
H3O+
|
H2O
|
||
HSO4–
|
SO4–
|
||
H3PO4
|
H2PO4–
|
||
HF
|
F–
|
||
HNO2
|
NO2–
|
||
HCOOH
|
HCOO–
|
||
CH3COOH
|
CH3COO–
|
||
H2CO3
|
HCO3–
|
||
H2S
|
HS–
|
||
NH4+
|
NH3
|
||
HCN
|
CN–
|
||
HS–
|
S2–
|
||
H2O
|
OH–
|
||
Asam paling lemah
|
NH3
|
NH2–
|
Basa paling kuat
|
Sumber :
General Chemistry, 1990
|
Contoh Soal Kekuatan Asam Basa Konjugat (12) :
Perhatikan reaksi berikut.
SO42–(aq) + HCN(aq) ↔ HSO4– (aq) + CN–(aq)
Ke arah manakah reaksi akan terjadi?
Pembahasan :
Jika kekuatan asam HCN dan HSO4– dibandingkan, terlihat bahwa HCN adalah asam yang lebih lemah. Selain itu, kekuatan basa antara SO42– dan CN– terlihat bahwa SO42– lebih lemah.
Oleh karena itu, reaksi akan terjadi dari arah kanan ke arah kiri persamaan kimia.
HSO4– (aq) + CN–(aq) → SO42– (aq) + HCN(aq)
Contoh Soal UNAS 2003 :
Pasangan asam basa konjugasi dari reaksi :
HSO4–(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + SO42–(aq)
adalah ....
A. HSO4–(aq) dengan H2O(l)
B. H3O+(aq) dengan SO42–(aq)
C. HSO4–(aq) dengan H3O+(aq)
D. H2O(l)
dengan SO42–(aq)
E.
HSO4–(aq) dengan SO42–(aq)Pembahasan :
Pasangan asam basa konjugasinya :
HSO4–(aq) dengan SO42–(aq) dan H2O(l) dengan H3O+(aq).
Jadi, jawabannya (E).
Berdasarkan kekuatan asam basa konjugat, suatu spesi dapat berperan sebagai asam maupun sebagai basa bergantung pada jenis pereaksinya. Spesi seperti ini disebut ampiprotik.
Contoh :
Reaksi antara ion HCO3– dan HF serta reaksi antara ion HCO3– dan ion OH–, persamaan kimianya:
1. HCO3–(aq) + HF(aq) ↔ H2CO3(aq)
+ F–(aq)
2.
HCO3–(aq) + OH–(aq) ↔ CO32–(aq)
+ H2O(aq)Pada reaksi (1), ion HCO3– menerima proton dari HF maka ion HCO3– bertindak sebagai basa. Pada reaksi (2), HCO3– memberikan proton kepada ion OH– maka ion HCO3– bertindak sebagai asam. Jadi, ion HCO3– dapat bertindak sebagai asam dan juga bertindak sebagai basa. Spesi seperti ini dinamakan ampiprotik.
Contoh Soal Asam Basa Menurut Bronsted-Lowry (13) :
Pada persamaan reaksi berikut, tentukan spesi manakah yang bertindak sebagai asam atau basa. Tunjukkan pasangan asam basa konjugatnya?
(a) HCO3–(aq) + HF(aq) ↔ H2CO3(aq)
+ F–(aq)
(b)
HCO3–(aq) + OH–(aq) ↔ CO32–(aq)
+ H2O(l)Jawaban :
(a) Ruas kiri persamaan, HF adalah donor proton, di ruas kanan, H2CO3 sebagaidonor proton. Jadi, akseptor proton adalah HCO3– (kiri) dan F– (kanan).
Dengan diketahuinya donor dan akseptor proton, asam dan basa dapat ditentukan.
HCO3–
(aq)
|
+
|
HF(aq)
|
↔
|
H2CO3(aq)
|
+
|
F–(aq)
|
Basa
|
Asam
|
Basa
|
Asam
|
Pada reaksi ini, H2CO3 dan HCO3– adalah pasangan konjugat asam basa. Demikian juga, pasangan HF dan F–.
(b) Dengan cara yang sama, asam dan basa dapat ditentukan.
HCO3–
(aq)
|
+
|
OH–(aq)
|
↔
|
CO32–(aq)
|
+
|
H2O(l)
|
Asam
|
Basa
|
Asam
|
Basa
|
Pada reaksi ini, HCO3– dan CO32– adalah pasangan konjugat asam-basa. Demikian juga, H2O dan OH– . Walaupun HCO3– berfungsi sebagai suatu asam dalam reaksi (b), tetapi pada reaksi (a) berfungsi sebagai basa. Jadi, HCO3– tergolong ampiprotik.
4.2. Teori Asam Basa Lewis
Beberapa reaksi tertentu mempunyai sifat reaksi asam-basa, tetapi tidak cocok dengan teori Bronsted-Lowry maupun teori Arrhenius. Misalnya, reaksi antara oksida basa Na2O dan oksida asam SO3 membentuk garam Na2SO4. Persamaannya:
Na2O(s) + SO3(g) → Na2SO4(s)
Menurut Lewis, konsep asam dan basa secara umum mencakup reaksi oksida asam dan oksida basa, termasuk reaksi transfer proton. Menurut Lewis, asam adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor pasangan elektron bebas dari spesi lain membentuk ikatan kovalen koordinasi. Basa adalah spesi yang bertindak sebagai donor pasangan elektron bebas kepada spesi lain membentuk ikatan kovalen koordinat.
Reaksi Na2O dan SO3 melibatkan reaksi ion oksida, yaitu O2– dari padatan ionik Na2O dan gas SO3. Reaksinya sebagai berikut.
Na2+ O2–(s) + SO3(g)
→ 2Na+ + SO42–(s)
Pada reaksi di atas, Na2O bertindak sebagai donor pasangan elektron bebas (basa) dan SO3 sebagai akseptor pasangan elektron bebas (asam).
Tinjau reaksi antara NH3 dan BF3. Reaksi ini merupakan reaksi asam basa menurut Lewis. Persamaan reaksinya:
NH3(g) + BF3(g) → H3N–BF3(s)
Dalam reaksi tersebut, BF3 bertindak sebagai akspetor pasangan elektron bebas (asam) dan NH3 sebagai donor pasangan elektron bebas (basa).
Contoh Soal Asam Basa Lewis (14) :
Pada reaksi berikut, tentukan asam dan basa menurut Lewis.
B(OH)3(s) + H2O(l) ↔ B(OH)4–(aq) + H+(aq)
Jawaban :
Tuliskan setiap spesi ke dalam bentuk rumus Lewis, kemudian tentukan akseptor dan donor pasangan elektron bebasnya.
Reaksinya adalah :
Rangkuman :
1. Menurut teori Arrhenius, asam adalah zat yang di dalam larutan air dapat melepaskan ion H+, sedangkan basa adalah zat yang di dalam larutan air dapat melepaskan ion OH–.
2. Konsentrasi H+ dan OH– dalam larutan dinyatakan dengan pH dan pOH, dengan rumus :
pH = –log [H+] dan pOH = –log [OH–].
3. Hubungan pH dan pOH dinyatakan melalui tetapan ionisasi air, yaitu:
pKw = pH + pOH = 14.
4. Asam dan basa kuat adalah asam basa yang terionisasi sempurna di dalam air: Konsentrasi H+ atau OH– dalam larutan asam-basa kuat sama dengan konsentrasi asam dan basa semula :
[H+] = [HX] dan [OH–] = [MOH]
5. Asam dan basa lemah terionisasi sebagian di dalam air dan membentuk kesetimbangan. Tetapan kesetimbangan ionisasinya sebagai berikut.
dan
6. Konsentrasi H+ dan OH– dalam larutan asam dan basa lemah sesuai rumus berikut.
dan
7. Kekuatan ionisasi asam basa dinyatakan dengan derajat ionisasi (a), dirumuskan sebagai berikut.
8. Hubungan derajat ionisasi dan tetapan ionisasi asam dan basa lemah dinyatakan dengan persamaan :
dan
9. Asam poliprotik adalah asam yang dapat melepaskan lebih dari satu proton dan terionisasi secara bertahap.
10. Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah zat yang bertindak sebagai donor proton, sedangkan basa adalah sebagai akseptor proton.
11. Bronsted-Lowry juga menyatakan bahwa pasangan asam basa yang terlibat dalam transfer proton dinamakan pasangan konjugat asam basa.
12. Menurut Lewis, asam adalah spesi yang bertindak selaku akseptor pasangan elektron bebas, sedangkan basa selaku donor pasangan elektron bebas membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Anda sekarang sudah mengetahui Asam dan Basa. Terima kasih anda sudah berkunjung
Referensi :
Sunarya, Y. dan A. Setiabudi. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia 2 : Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 250.
Post a Comment